44 - anak baru

4.2K 625 39
                                    

 "Katanya, ada anak baru yang rambutnya pirang?"

"Mirip cewek yang di foto bareng Zena itu? Yang fotonya tersebar tahun lalu?"

"Lusi bukan, sih?"

"Katanya pacarnya Zena sampai sekarang? Zena nggak pernah ganti cewek lagi? Setia gitu maksudnya? Sampai bertahan berbulan-bulan."

"Kalau bener gitu, Sere gimana, dong? Bukannya belakangan ini Sere dan Zena deket kayak orang pacaran aja?"

Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul bahkan disaat siswa-siswi SMA Phoenix sedang melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih. Pertanyaan yang sama kembali bermunculan setelah upacara selesai bahkan saat semua kelas mulai belajar dan masih sama, selalu membicarakan tentang seorang siswi yang baru terlihat di SMA Phoenix itu.

Ini kali pertama SMA Phoenix heboh dengan kedatangan siswi baru karena siswi tersebut sudah lama menjadi perbincangan siswa-siswi Phoenix. Rambut pirang yang kini panjangnya sepunggung dan wajah yang masih sangat melekat di ingatan mereka.

Sayangnya, Dewangga entah ke mana sejak upacara bendera dimulai dan membuat sebagian yang penasaran tentang hubungan si cewek pirang dan Dewangga Bayuzena kembali bertanya-tanya.

Di koridor menuju kelas XI, seorang siswi berambut pirang menundukkan kepalanya. Kedua tangannya memegang erat tali tas. Di sampingnya, Bu Clarissa tersenyum tipis. Perjalanan dari ruang kepala sekolah, melewati lift, kemudian keluar dari sana tak sekalipun Bu Clarissa lewatkan dengan diam. Hanya saja, gadis remaja di sampingnya itu sejak tadi hanya menjawab seadanya dan pendek.

Bu Clarissa mengerti. Dia mengerti tenang kehidupan Luna Almeera yang kurang sosialisasi selama ini. Apalagi setelah tragedi tenggelamnya sebuah kapal pesiar di laut itu, Luna makin pendiam dan murung. Gadis itu seolah tak memiliki nyawa, terlihat seperti raga yang terus hidup dan berjalan.

"Bunda dan almarhumah Mama kamu itu sahabat saya saat masih sekolah." Bu Clarissa kembali berbicara, membuat Luna menatapnya meski sesaat. "Zeline dan Lucy, mereka benar-benar sahabat terbaik sampai detik ini." Bu Clarissa tersenyum hangat. "Jangan sungkan ya kalau kamu ada kendala di sekolah ini. Atau kalau kamu ada kesulitan, Ibu akan bantu kamu."

Luna masih menunduk. Pegangannya di tali tas makin erat saat nama mamanya terngiang, mirip dengan sebutan nama Lusi. Tatapannya segera naik dan melihat sebuah papan nama kelas yang menjadi tujuannya.

"Itu kelas XI IPA 1." Bu Clarissa menunjuk sebuah papan nama kelas di atas pintu yang tertutup. Kelas itu adalah permintaan Luna. Disaat Bunda dan Bu Clarissa memberi saran untuk di kelas Internasional saja, Luna memilih untuk kelas Reguler entah untuk alasan apa.

Mereka berhenti di depan kelas XI IPA 1. Di tengah pintu itu terdapat sebuah kaca tembus pandang yang memperlihatkan seorang guru laki-laki sedang menjelaskan sebuah materi. Bu Clarissa mengetuk pintu kemudian masuk setelah guru di dalam kelas itu mempersilakan.

Semua tatapan langsung tertuju ke seorang cewek berambut pirang yang makin menunduk. Bisik-bisik mulai terdengar. Gosip tentang anak baru si cewek pirang itu ternyata benar dan berakhir di sebuah kelas yang siswa-siswinya terkenal akan sifat yang individual.

Bu Clarissa izin kepada Pak Marco untuk mengambil alih kelas itu sebentar.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Clarissa yang dijawab dengan semangat semua yang ada di sana. "Mohon waktunya sebentar. Pagi ini, kalian kedatangan siswi baru. Mulai sekarang dia menjadi teman kalian, ya. Baik-baik sama teman baru kalian."

Bu Clarissa mengusap bahu anak sahabatnya itu, seolah memberi semangat. "Namanya Luna Almeera. Bisa kalian panggil Luna."

Yang bernama Luna itu diam. Tak luput dari perhatian semua murid. Satu hal yang sebagian murid sadari, namanya berbeda dengan siswi yang pernah digosipkan. Dulu Lusi dan sekarang wajah yang sama muncul di hadapan mereka bernama Luna Almeera.

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang