44. Chaos

10 4 0
                                    

Sudah tiga hari. Sudah tiga hari ini Genta merasa ada yang salah dengan Mita. Itu terasa seperti Mita sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Tak hanya itu, Mita juga berubah jadi sangat diam. Nyaris persis seperti pertama kali ia mendapat serangan dari orang asing sebulan yang lalu. Bedanya, dia tidak mudah terkejut atau gampang panik sekarang. Hanya saja, Mita berubah jadi sangat diam. Seperti ada satu hal besar yang sengaja dia simpan dan dia pikirkan sendiri.

Saking banyaknya diam dan kelihatan melamun, Mita bahkan jadi sering sekali kehilangan fokus. Seperti sekarang ini contohnya. Anak perempuan yang sedang menyedot minuman teh botolan berperisa apel itu sama sekali tak menyahut padahal dia sudah dipanggil berkali-kali.

"Mita!" Barusan adalah suara teriakan Qilah. Mita agak tersentak, terkejut karena suara Qilah membuyarkan lamunannya.

"Lo kenapa dah?"

"Hah? Kenapa apanya?" tanya Mita balik. Kepalanya sudah bergerak kecil ke kanan dan ke arah seberang meja kantin. Menatap Genta, Satria, dan Qilah secara bergantian.

"Mit, jangan sering-sering deh. Kemarin gue liat ayam tetangga mati gegera kebanyakan bengong," celetuk Satria asal.

"Heh! Mulutnya!" pekik Genta sambil melemparkan gummy bear di tangannya yang sebenarnya hendak ia makan.

Empat anak di satu meja kantin itu niatnya hendak membahas soal Mita lebih lanjut—tentang kebiasaannya yang belakangan ini suka melamun—kalau saja Aaron tidak tiba-tiba muncul dan berdiri persis di samping Genta dengan wajah merah total dan bahu yang sedikit bergetar.

Dari posisinya yang sedang duduk, Genta mendongak untuk bisa menatap Aaron. Dua anak lelaki itu hanya beradu pandang selama beberapa detik sebelum Aaron akhirnya bicara. "Ikut gue."

Genta yang seratus persen tak mengerti arah bicara Aaron, hanya bisa mengangkat alisnya sebagai respons. Mendapati hal itu sebagai tanggapan dari bicaranya, Aaron semakin terbakar emosi. Dia akhirnya mengangkat tangan untuk menarik kerah seragam Genta dan secara paksa menyeret Genta untuk ikut bersamanya.

"Eh?! Aaron! Apaan, sih?!" pekikan Mita itu berhasil menarik lumayan banyak perhatian siswa-siswi yang ada di kantin. Aaron tak menggubris suara Mita yang terdengar begitu nyaring. Ia hanya fokus menyeret tubuh Genta untuk bisa ikut bersamanya.

Kegaduhan kecil itu disaksikan langsung oleh Arya. Dia yang sedang berada di sudut lain kantin langsung bangkit dari kursi dan berusaha mengikuti langkah Aaron. Mita juga buru-buru menyusul. Meninggalkan Qilah dan Satria di belakang punggungnya yang sibuk mengalihkan perhatian siswa-siswi lain serta mencegah mereka untuk menyaksikan entah hal gila apa yang hendak Aaron lakukan.

Aaron menarik paksa Genta ke belakang sekolah melewati jalan kecil yang ada di belakang deretan ruang laboratorium. Begitu sudah sampai di lahan kosong yang sepi dan jauh dari jangkauan banyak orang, Aaron melepaskan tangannya dari seragam Genta. Tanpa ba-bi-bu, satu tungkai kaki Aaron terangkat dan dengan tenaga berlebih dia menendang perut Genta.

Genta tentu jatuh terduduk karena dia tidak memiliki persiapan sama-sekali. Serangkaian kejadian membingungkan yang begitu tiba-tiba ini membuat dia jadi sangat lengah dan secara tak langsung memberikan Aaron banyak sekali celah untuk kembali menghajarnya.

Karena tak mendapati adanya perlawanan, Aaron melangkah untuk meraih kerah seragam Genta. Dia melayangkan satu kepal tinju ke bagian kiri wajah Genta tanpa keraguan. Aaron sungguh tak mengukur seberapa besar kekuatan yang ia gunakan sampai bisa membuat Genta terjerembab.

Genta mungkin saja bakal jatuh pingsan kalau menerima beberapa pukulan penuh selanjutnya dari Aaron, karena dia sama sekali tidak melawan. Beruntung, belum sampai itu terjadi, Arya dan Mita menemukan mereka.

EvanescentWhere stories live. Discover now