55. Farewell [END]

47 4 0
                                    

You two deserves a good kind of farewell

Genta ingat sekali dia sempat membatu beberapa lama setelah membaca pesan dari Aaron. Akal sehatnya pada saat itu menolak untuk percaya kalau Aaron menyarankannya untuk memiliki satu hari perpisahan yang baik bersama Mita. Kendati demikian, Genta tidak menolak dan dia berterima kasih banyak kepada Aaron karena sudah memiliki banyak sekali pengertian untuknya. Jadilah, hari ini, hari terakhir Genta di Jakarta, dia habiskan bersama Mita.

Beruntung sekali Mita datang kepada Genta dengan mengutarakan keinginannya hendak menghabiskan waktu di mana. Kalau tidak, Genta mungkin bakal punya sakit kepala berlebih lantaran dia tidak tahu dan sama-sekali tidak memiliki ide tentang rencana perpisahan yang bagus. Belakangan, isi kepala anak lelaki itu kebanyakan kosong dan hampa. Jadi, dia bersyukur sekali waktu Mita datang kepadanya dan sudah memiliki hal-hal yang ingin dilakukan.

Sekali lagi Genta mengecek pantulan dirinya di cermin. Dia merapikan rambutnya sedikit, menggunakan jari-jari tangannya sebagai sisir. Ketika dirasa kaus hitamnya sudah sesuai dengan jeans hitam dan jaket denim yang dia kenakan, Genta bergegas untuk menjemput Mita. Menggunakan mobil kali ini karena tujuan mereka lumayan jauh. Mita mengajak Genta pergi ke Sea World Ancol, ngomong-ngomong.

Begitu sudah sampai di depan gerbang kediaman Mita, Genta turun dari mobil untuk memencet bel. Dia berniat untuk masuk sebentar dan meminta izin kepada siapapun yang ada di rumah Mita untuk membawa Mita pergi ke luar hari ini. Pintu gerbang langsung terbuka meski Genta baru saja menekan bel. Jujur, anak lelaki itu hampir saja kena serangan jantung waktu gerbang terbuka dan yang dilihatnya pertama kali adalah sosok Mita yang kelihatan begitu memesona.

Mita memakai baju terusan warna baby blue. Anak perempuan itu juga Genta sadari menghias wajahnya dengan make-up lembut dan sederhana. Oh, Tuhan, tolong berikan Genta kekuatan ekstra untuk hari ini. Itu karena baru segini saja, dia rasanya sudah tidak memiliki banyak sisa tenaga.

"Hai," sapa Genta dengan seulas senyum simpul. Yang langsung dibalas oleh Mita dengan hal yang sama pula.

"Yoannya ada?" tanya Genta langsung. Membuat Mita mengernyit bingung.

"Maksudnya?" tanya Mita balik. "Ini aku?" katanya lagi.

"Hah? Ini Yoan? Bukannya ini mah bidadari yang baru jatuh dari surga?"

Mendengar itu, Mita langsung maju satu langkah supaya dia bisa memukul lengan atas Genta sambil menjerit jengkel. Mereka kemudian bertukar tawa. Tidak lama karena setelahnya Genta mengajukan pertanyaan. "Di rumah ada siapa, Yo? Aku mau izin dulu."

"Yah, gak ada siapa-siapa. Cuma ada nenek. Lagian aku udah izin ke papi, kok. Bang Dika juga tau soalnya tadi aku bilangnya pas ada abang."

"Gitu?"

Sambil menggantung senyum, Mita mengangguk cepat. Sama-sekali tidak memiliki ide tentang betapa imut dia terlihat di mata Genta sekarang. Anak lelaki itu menunduk sambil memegangi lutut. Membuat Mita melangkah lebih dekat karena dia jadi agak bingung plus khawatir. "Gi? Kamu kenapa?"

Ditanya begitu, Genta perlahan-lahan menegapkan tubuh. Dia berpegangan pada pintu gerbang di dekatnya. "Lemes... gak kuat aku. Kamu cantik banget hari ini."

Mita sesungguhnya ingin mengamuk. Itu karena dia menganggap ucapan Genta lebih ke arah mengejek daripada memuji. Tapi, waktu Mita meneliti wajah serius Genta dan menyadari betapa tampannya anak lelaki itu terlihat hari ini, dia malah berubah jadi tersipu malu.

"Apaan, sih... kamu mah..." keluh Mita jengkel sambil membuang muka. Genta puas sekali melihat reaksinya yang kelihatan jadi sangat salah tingkah.

"Kamu, tuh, yang apaan? Siapa yang nyuruh jadi cantik banget begini? kalo masih jomblo, mending, bisa aku ajak pacaran. Lah ini? udah jadi tunangan orang, masih cantik begini tuh maunya apa?"

EvanescentWhere stories live. Discover now