48. Get Caught

10 3 0
                                    

"Gimana? Udah?"

Anak lelaki yang Genta ajak bicara menanggapinya dengan anggukan cepat serta ibu jari yang teracung mantap. Mereka bertukar senyum simpul lalu berpisah untuk mengambil jalan untuk ke kelas masing-masing. Mengingat bel masuk—istirahat pertama—sudah berbunyi.

Kalau ditanya apa yang baru saja Genta lakukan, jawabannya adalah dia sedang melakukan beberapa upaya untuk membantu Aaron menemukan si peneror. Genta barusan meminta tolong kepada siswa pemilik loker yang letaknya berseberangan dengan milik Aaron. Bukan hal yang rumit, Genta hanya memintanya untuk menaruh kamera pengawas yang diletakan di bagian dalam loker. Mata kameranya dapat menangkap keadaan di luar loker lewat garis-garis sirkulasi udara pintu loker.

Sebenarnya hal ini sudah Genta rencanakan sejak ia menyadari kertas balas dendamnya hilang dan segala hal yang tertulis di sana berubah jadi kenyataan. Tapi, sampai sebelum ini, Genta belum memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sekarang waktu Aaron sudah tau siapa dia sebenarnya—si penulis rencana balas dendam, tapi bukan si pelaku—dan dia sudah berjanji untuk membantu Aaron, jadi Genta melakukannya.

Tak hanya itu, Genta juga memasang kamera pengawas di masing-masing kolong meja miliknya dan milik Mita. Sudah beberapa lama Genta memasangnya. Persis setelah Aaron membeberkan aksi teror yang ia terima tempo hari—sebelum jati diri Genta terbongkar.

Genta berpikir dia bisa membaca gerakan si pelaku teror—mungkin karena dia sendiri pernah merancang hal-hal semacam itu. Untuk meninggalkan pesan ancaman atau hal-hal seperti jebakan, pasti si peneror ini menaruhnya di tempat pribadi si penerima teror seperti loker atau kolong meja.

Mita pernah satu kali terlibat insiden—yang bisa terbilang parah—dari aksi teror yang Aaron terima. Itu soal kejadian di kolam renang umum (chapter 36). Genta pikir, mulai dari sana Mita sedikit banyak pasti akan kembali terlibat. Jadi, untuk jaga-jaga, Genta memasang kamera pengawas di kolong mejanya. Tidak dengan di loker Mita, karena Genta tidak memiliki akses ke sana.

Benar saja dugaan Genta. Setelah kemarin Mita mendapat kertas foto serta pesan misterius di baliknya—yang dijelaskannya tiba-tiba sudah ada di kolong meja, Genta langsung mengambil kartu memori dari kamera pengawas yang ia pasang. Pagi ini, Genta datang lebih awal untuk melakukan itu semua dan dia sudah menonton seluruh rekamannya.

Sayang sekali wajah orang yang menaruh kertas foto di kolong meja Mita tidak terlihat. Tapi, dari tangannya yang terekam kamera pengawas, itu sepertinya tangan perempuan. Genta beruntung pergelangan tangan orang ini dilingkari beberapa aksesoris—yang dia asumsikan sebagai gelang dan ikat rambut. Meski hal kecil, Genta beryukur sekali karena setidaknya dia memiliki klu.

Semisal tak ada petunjuk sama sekali, tak terbayang oleh imajinasinya sendiri jika Genta harus memerhatikan tangan seluruh siswa sekolah satu per satu. Selain membutuhkan waktu yang super lama, itu juga pasti akan membuatnya terlihat buruk. Bakal disebut apa Genta kalau dia betulan meneliti tangan anak perempuan satu demi satu? Mungkin, psikopat mesum?

Memikirkan itu, Genta memejamkan mata sambil menggelengkan kepalanya cepat. Dia melakukan itu tepat saat kakinya melangkah masuk ke kelas. tanpa sepengetahuannya, hal itu disaksikan oleh Satria. Jadi, waktu Genta sudah duduk di sampingnya, Satria bertanya. "Kenapa lo?"

Tak mengerti pertanyaan itu datang dari mana, sepasang alis Genta naik dalam kebingungan. "Kenapa apanya?" tanyanya balik.

Satria memejamkan matanya sambil membuang napas berat. Sungguh, ia tak mengerti sebenarnya ada apa dengan teman-temannya ini. Sejak kemarin—waktu Mita tiba-tiba pindah ke kursinya, Satria sudah mencoba mengajaknya bicara. Maksud Satria, dia ingin tahu apa yang terjadi dan kalau bisa, dia akan membantu Mita semisal ada yang bisa dia lakukan.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang