48.5 Get Caught

8 4 0
                                    

Akhir pekan di penghujung September yang diselimuti awan gelap serta tumpahan hujan di mana-mana merupakan keadaan yang menguntungkan dan merugikan bagi masing-masing orang. Untuk Genta, biasanya hal tersebut jadi hal yang menguntungkan karena dia bisa bergelung di bawah selimut seharian. Tanpa perlu diteriaki mamanya untuk mandi dan disuruh untuk pergi ke luar. Tapi, khusus untuk hari ini, hal tersebut nampaknya jadi merugikan lantaran Genta aslinya berniat mengajak Mita untuk pergi main.

Ada satu film action thriller yang rilis sekitar seminggu lalu. Genta dan Mita sudah membicarakannya sejak lama dan mereka memang berencana untuk menonton bersama ketika filmnya sudah masuk daftar tayang di bioskop. Genta rencananya ingin mengajak Mita untuk menontonnya di awal-awal perilisan, hanya saja selalu ada hal-hal yang menghalanginya—atau Mita—untuk pergi. Bahkan hari ini pun demikian. Kalau saja hari ini cerah, Genta mungkin sudah sejak tadi pagi mengajak Mita pergi. Membawa anak perempuan itu main di corner games dan makan siang bersama terlebih dahulu sebelum jadwal filmnya tayang.

Sebenarnya hujan dan cuaca yang kurang baik tidak bisa sepenuhnya menghalangi Genta yang berencana untuk pergi ke luar bersama Mita. Hanya saja, Mita biasanya cuma mau diajak pergi menggunakan motor—tidak jarang juga anak perempuan itu mendesak Genta untuk menggunakan kendaraan umum. Makanya hujan hari ini sedikit mengganggu Genta karena Mita pasti tidak mau kalau diajak pergi main ke luar—misal dia membawa mobil.

"Yaelaaaahhhh..." keluh Genta sambil menggulingkan badannya ke selebar permukaan kasur. Ketika dia berbaring pada punggungnya dengan kepala menggelantung lantaran lehernya ada di tepian kasur, anak lelaki itu kembali bersuara. "Masa anak ganteng kek gue hari minggu gini gabut siiiiihhh?!"

"Makanya punya pacar. Biar bisa pacaran."

Mendengar suara mama yang entah sejak kapan sudah masuk kamarnya, Genta buru-buru bangkit supaya bisa duduk tegap. "Buat apa ganteng, tapi gak punya pacar?" ujar mamanya lagi. Yang ternyata pergi ke kamar Genta untuk mengambil pakaian kotor. Akhir pekan dengan cuaca tak mendukung begini juga jadi salah satu kerugian bagi si mama karena acara arisan mingguan atau pertemuan mingguannya—yang biasa diadakan di luar ruangan—jadi dibatalkan.

"Mamah..." keluh Genta dengan wajah melas dan posisi duduknya yang jadi lemas.

"Apa? mamah-mamah! sana ajak Mita main!"

"Di luar hujan, ih."

"Ya atuh kenapa? Bawa mobil, lah!"

"Mita gamau diajak main kalo Ami bawa mobil."

"Ya bujuk lah! Usaha! Laki bukan kamu?!" mamanya Genta tak sadar kalau suaranya sudah sangat tinggi. Sambil mengambil pakaian Genta—dengan gerakan kasar, perempuan paruh baya itu banyak mengoceh.

"NAHA SIH AMI DIOMEL TERUS?!" bersamaan dengan keluarnya pekikan itu dari mulut Genta, dia membanting tubuhnya ke kasur dengan gerakan super brutal. Membuat mama yang melihatnya jadi tak kuat menyembunyikan tawa. Mamanya Genta ini bicara seperti tadi sebenarnya bukan niat untuk marah-marah, tapi beliau memang senang saja menggoda Genta.

"Gausah teriak-teriak! Sana pergi mandi terus ajak Mita main!" final si mama yang lantas keluar kamar Genta sambil membanting pintunya agak keras. Sukses menuai erangan jengkel dari Genta di dalam sana. Sementara mama sendiri sudah tertawa geli sambil berjalan ke ruang cuci karena merasa sudah berhasil menjahili anaknya sendiri.

Genta diam saja selama beberapa saat setelah mamanya keluar kamar. Dia tengah berpikir untuk mengikuti perkataan mamanya atau tidak—tentang berusaha untuk mengajak Mita main ke luar. Anak lelaki itu berakhir menyambar ponselnya setelah memutuskan untuk mencoba. Genta menghubungi Mita dan panggilannya diangkat tepat setelah bunyi beep ke-tiga.

EvanescentWhere stories live. Discover now