46. A Talk [3]

5 4 0
                                    

Genta membanting tubuhnya ke atas kasur. Setiap waktu yang berlalu di hari Minggu ini Genta habiskan untuk banyak berpikir. Pertama, soal keributan yang terjadi di grup angkatan kemarin sore. Ke-dua, soal perbincangannya dengan sang papa mengenai kuliahnya di Australia.

Soal keributan yang kemarin terjadi, itu tentang seluruh siswa di angkatan mereka yang mendapat pesan—dari akun tak dikenal—yang berisi tautan ke website resmi sekolah. Tautan yang dibagikan itu berisi halaman website yang memuat unggahan berjudul Our Golden Student : Aaron Pratama.

Tidak sesuai dengan judulnya, isi unggahan tersebut justru memuat banyak pesan kebencian dan tuduhan tanpa bukti yang jelas. Genta menghela napas berat sesaat sebelum ia kembali memutar ingatan saat ia membuka tautan yang dikirim anonim ke akun line-nya.

Betapa terkejutnya anak lelaki itu waktu menemui sebagian besar isi dari unggahan yang dibagikan ke seluruh siswa di angkatan mereka adalah tentang tuduhan kolusi dan nepotisme pihak sekolah mengenai kompetisi debat Bahasa Jerman yang diselenggarakan tahun lalu.

Benar, kompetisi sial yang sedikit banyak telah memengaruhi Lia untuk mengakhiri hidupnya. Benar, kompetisi sampah yang membuat Genta jadi gelap mata dan menargetkan Aaron sebagai sasaran balas dendamnya.

Segelintir hal di atas sungguh membuat Genta terkejut. Tapi, yang lebih mengejutkan lagi untuknya adalah, meretas website sekolah dan mengunggah pesan kebencian yang ditujukan untuk Aaron merupakan salah satu isi dari pointer yang Genta tulis di kertas rencana balas dendamnya. Lagi, insiden ini pun bukan Genta yang melakukannya.

Dengan ini semua, keyakinan Genta soal ada orang yang dendam kepada Aaron dan kebetulan menemukan kertas balas dendamnya—serta merealisasikan segala hal yang ada di sana—makin terpupuk subur. Maksudnya, bajingan psikopat mana—selain dirinya—yang mampu dan berani melakukan serangkaian aksi teror sampai segininya kalau bukan orang yang memiliki dendam yang begitu besar kepada Aaron?

Pusing sendiri, Genta mengambil bantal untuk dia tekan ke wajahnya. Dia bingung sekali tentang bagaimana harus menjelaskan ini semua kepada Aaron. Belum lagi, perkara di antara mereka terakhir kali juga belum selesai. Iya, pertengkaran mereka tempo hari terhenti begitu saja ketika Mita melesat menuju rumah sakit waktu Dika kecelakaan.

Setelahnya, Genta tak berusaha mendekati Aaron untuk memberikan penjelasan. Aaron juga agaknya tak sudi hati menemui Genta lebih dulu setelah mengetahui kalau segala teror yang ia terima—dari sudut pandangnya—adalah perbuatan Genta.

Genta rasa dia bakal betulan kehilangan akal sehatnya sebentar lagi. Tak punya pilihan lain, anak lelaki itu akhirnya mengambil ponsel untuk mengirim pesan ke seseorang. 

→←

Aaron mengembalikan satu batang rokok yang tadinya sudah sedikit mencuat keluar dari kotaknya. Ia menutup kotak rokok itu lalu melemparnya ke permukaan lantai tepat di sebelahnya dengan asal. Aaron sadar, belakangan ini dia sudah merokok lebih banyak daripada biasanya. Jadi anak lelaki itu mencoba menahan diri untuk tidak melakukannya lebih sering.

Sepasang manik mata Aaron menjatuhkan pandangan kosong ke jalanan aspal di depannya. Anak lelaki itu sekarang sedang duduk di selasar toko pinggir jalan—yang sudah tutup. Dia datang ke sini atas permintaan Genta.

Sebanyak Aaron sekarang membenci Genta, sebanyak itu pula dia membutuhkan penjelasan. Penjelasan atas kertas berisi rencana balas dendam yang tempo hari secara misterius berada di lokernya—bersama buku tulis milik Genta.

Setelah mereka bertengkar tempo hari, tak satu pun dari keduanya berusaha mendekatkan diri untuk mengurai simpul-simpul rumit dari benang masalah mereka yang telah menggulung tebal. Aaron berspekulasi kalau Genta tengah mempersiapkan diri untuk menghadapinya sementara dirinya sendiri enggan menghampiri lebih dulu karena ia sadar emosinya masih belum stabil.

EvanescentOnde histórias criam vida. Descubra agora