9. Puzzled

116 23 36
                                    

"Kamu beneran gapapa?"

Mita menarik dua sudut bibirnya—secara paksa. Perempuan ini kemudian mengangguk mantap. Posisinya sekarang sedang ada di lahan parkir. Dan sedang bertukar kalimat dengan Aaron—yang tak bisa mengantarnya pulang karena lagi-lagi ada sesuatu yang harus pemuda itu kerjakan.

"Tapi udah lumayan malam, Ita. Ah, udah deh aku anter aja, yuk." Kata Aaron sambil menyetarter motornya

"Nggak usah. Nanti kamu diomelin budhe kalo sampe telat. Aku nggak apa-apa. Bisa minta jemput Satria, kok."

Aaron menghentikan aktivitasnya. Bahu pemuda itu sudah merosot ke titik paling rendah sekarang.

Dua anak ini baru saja cool setelah sama-sama menenangkan diri dan menyelesaikan masalah mereka. Tapi seperti biasanya, Aaron selalu jadi orang yang kelihatan jahat di sini.

"Nggak apa-apa, Ata. Aku bisa pulang sendiri."

Setelah Mita meyakinkan demikian, Aaron mengulas senyum. Bukan senyum manis andalannya. Di mata Mita entah kenapa pemandangan itu terasa sangat menyakitkan.

Sebelum menancap gas, Aaron meraih tangan Mita untuk menautkan jemarinya di sana. Ibu jarinya sengaja ia perintah untuk bergerak teratur mengelus punggung tangan Mita.

"Aku sayang kamu banget. Ga ngerti lagi." Kata Aaron gamblang

Mendengar itu, Mita tentu saja tergelak. Rasa sesak yang sejak tadi menyinggahi dadanya sudah pergi entah ke mana. Digantikan perasaan aneh yang menyenangkan sebab perlakuan Aaron barusan.

"Kamu kesurupan apa deh bisa ngomong gitu."

Kali ini Aaron yang tergelak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kali ini Aaron yang tergelak. Ia menunduk sebentar untuk mengusir rasa malu karena ia sendiri tidak tahu datang dari mana omongan yang baru saja keluar dari mulutnya itu.

"Udah sana buruan. Aku ga tanggung jawab kalo kamu sampe telat. Gih sana udah gas motornya."

"Makasih ya, Ita."

Mita mengangguk cepat untuk menanggapi. Ia kemudian tersenyum sekenanya sambil melambaikan tangan. Membiarkan Aaron pergi menjauh dan meninggalkannya sendirian.

Tak berapa lama kemudian senyuman Mita luntur. Ia meraih ponselnya di saku almamater dan mendial nomor seseorang.

"Halo? Bang Radi? Toko rame ga? Jemput Ita dong di tempat mamanya Aaron."

"Duh, kak. Lagi rame banget ini. Bunda juga ada di sini. Ini abang melipir sebentar buat pegang hape ngangkat telepon kakak."

"Yah. Yaudah deh. Lanjut aja bang maaf ya ganggu."

"Eh, terus kakak pulangnya gimana? Udah malem loh?"

"Gampang. Minta jemput Satria paling. Udah sana balik kerja nanti potong gaji lo ketauan Bunda hahaha bye."

EvanescentWhere stories live. Discover now