13. Fear

138 24 32
                                    

Genta tak pernah tahu kalau ia bisa tiba-tiba gugup cuma karena duduk bersebelahan dengan Mita. Beberapa minggu sudah berlalu semenjak pertemuan mereka terakhir kali dan sekarang ini keduanya sudah harus pindah perusahaan praktik. Entah ini kabar buruk atau baik, tapi mereka dapat perusahaan yang sama untuk dua bulan terakhir praktik kerja industri ini.

Jadi di sinilah mereka bersama teman-teman sekelompoknya sekarang. Di ruang informasi sebuah kantor pelayanan pajak. Sedang menunggu giliran untuk mendapat penempatan divisi.

"Muka lo pucet, Ses."

Iya. Barusan adalah Naya.

Perempuan itu ternyata satu kelompok prakerin dengan Genta yang baru dimasukkan saat detik-detik terakhir karena kelompok Naya kurang satu orang. What a coincidence, lol.

Genta yang mendengar percakapan dua anak perempuan di sebelahnya itu cuma bisa mengerling.

"Lo gapapa, Yo?" kali ini Genta menarik tubuh Mita supaya bisa bertukar tatap dengannya

Diperlakukan seperti itu, Mita tak dapat banyak mengeluarkan banyak reaksi selain menggeleng lemah.

"Aduh, salah nih gue duduk di sini." Gumam Naya samar-samar

Percakapan mereka berhenti di situ karena setelahnya Naya dan Mita dipanggil untuk langsung dibawa ke tempat praktik.

Beruntung keduanya nampak menempel sekali. Jadi mereka ditempatkan di satu bagian di lantai tiga. Ruang ekstensifikasi.

Tak lama setelah itu Genta juga mendapat giliran dipanggil bersama sisa anak laki-laki yang lain. anak itu kedapatan praktik di ruang penyimpanan arsip di lantai satu.

Hari pertama anak-anak SMK Antares di sana tidak terlalu berkesan. Yah hanya orientasi biasa dan pengenalan terhadap tugas-tugas yang harus mereka emban selama menjalani praktik. Waktu juga serasa berjalan ekstra cepat karena tahu-tahu jam pulang kantor sudah tiba.

"Balik bareng ga?"

Kalimat tanya itu yang pertama kali menyambut Mita begitu ia bertemu Genta di pintu keluar belakang kantor.

"Nggak. Gue bareng Naya." Jawab Mita singkat

"Apa?"

Merasa terpanggil, Naya yang baru turun dari lantai dua langsung bertanya.

"Lo balik bareng Mita?" tanya Genta

"Hah? Enggak. Gue kan tadi udah bilang ke lo Ses kalo gue udah dijemput dan pake motor."

Jangan tanya bagaimana keruhnya wajah Mita sekarang. Perempuan itu niatnya ingin menghindari kecanggungannya dengan Genta dan si Naya anak polos satu ini malah menghancurkan semuanya.

"Duh, gue salah ngomong, ya?"

Genta tertawa renyah menanggapi perkataan Naya barusan.

"Nggak. Udah sana balik. Katanya udah dijemput." Tandas Mita

"Yaudah. Duluan yaa~"

Dengan perasaan tak enak hati, Naya akhirnya berlalu.

"Eh gue ga mau maksa loh, Yoan."

Kalimat barusan meluncur dari mulut Genta begitu ia dan Mita sudah sampai di lahan parkir. Ia berkata demikian karena raut wajah Mita terlihat sangat terganggu.

"Nggak gitu, Agi. Gue dianter pake mobil tadi dan ga bawa helm. Ga pake helm sama aja nyari mati."

Iya. Mita benar. Masalahnya kantor pelayanan pajak ini berada di pinggir jalan raya besar dan di setiap persimpangan pasti ada polisi yang berjaga.

EvanescentWhere stories live. Discover now