2. Peringatan

188 37 23
                                    

Dalam keadaan yang sedang mengemudi sepeda motor, Genta setengah mati sedang berperang melawan dirinya sendiri. Ia melirik lewat kaca spion dan mendapati Mita yang duduk di belakangnya sedang memainkan poni karena tertiup angin.

Sebenarnya Genta agak sangsi apakah langkah yang ia ambil ini benar atau tidak. Apakah hal yang sudah ia lakukan terlalu transparan atau tidak. Apakah niatnya berjalan mulus seperti apa yang sudah ia rencanakan atau tidak.

Aaron. Target utamanya memang Aaron. Tapi kalau ia tidak bermain-main dulu bukankah semuanya akan berakhir sangat cepat dan membosankan?

Sedangkan Mita sendiri sebenarnya sedang sibuk memikirkan nasibnya setelah ini. Habis sudah semisal Aaron tahu ia pulang diantar Genta. Hubungannya dengan Aaron masih belum cool karena sempat terjadi pertengakaran kecil di antara mereka sebab kejadian di ruang fotocopy kemarin.

Hari ini Aaron tak dapat mengantarnya pulang karena lelaki itu masih ada keperluan untuk pergi survey ke perusahaan-perusahaan untuk menaruh data daftar prakerin. Karena Genta terus saja membuntutinya saat jalan pulang, Mita terpaksa mengiyakan ajakan Genta untuk mengantarnya sampai ke rumah.

"Apa?"

Mata kecil Mita menyipit sambil meneliti wajah Genta yang datar tanpa ekspresi. Mereka sekarang sedang ada di depan pagar kediaman Mita yang bisa dibilang megah.

Hari itu hari terakhir Mita menjadi kacung suruhan Genta. Jadi lelaki ini ingin bersikap baik dan mengantar Mita pulang sebagai timbal balik atas apa yang ia terima seminggu kebelakang.

"Lo ga nawarin gue buat mampir?" tanya Genta

"Nggak."

Ada jeda sepersekian detik setelah Mita berucap. Ia dan Genta cuma beradu tatap dalam diam.

"Tapi gue pengen ditawarin mampir. Gimana dong?"

"Ya urusan lo, lah. Udah sana balik! Makasih!"

"Iya sama-sama."

"HEH!"

Ingin tahu alasan Mita berteriak?

Genta baru saja turun dari motor dan melangkahkan kaki mendahului Mita untuk masuk lebih jauh ke kawasan rumahnya. Anak lelaki itu bahkan berjalan santai sambil menyelipkan telapak tangannya ke saku celana. Sama sekali tidak memerdulikan Mita yang memekik kesal di belakangnya.

Karena anak sialan bernama Genta ini nekat sekali, Mita mau tak mau mengizinkannya masuk dan mampir. Mereka sekarang sudah ada di ruang tengah. Genta sudah duduk manis di sofa sementara Mita berjalan lebih jauh ke dapur untuk mengambil minum.

"Siapa, Kak?"

Barusan itu suara tanya dari nenek. Bukan. Bukan neneknya Mita. Nenek ini orang yang bantu-bantu pekerjaan rumah selama mamanya sibuk di toko.

"Temen, nek."

"Kok mukanya mirip mas Ata ya, Kak?"

Sambil menuangkan jus jeruk kemasan karton ke gelas, Mita tak menanggapi perkatan nenek yang sedang sibuk mengelap piring sebelum ditaruh ke rak. Telinganya sudah panas mendengar semua celotehan orang yang mengatakan kalau Genta terlihat mirip dengan Aaron.

Sampai nenek yang matanya sudah sliwer ini juga bilang mereka mirip. Pertanyaan Mita, SISI MANANYA YANG MIRIP?!

"Ah, nggak. Mata nenek kan udah rada-rada. Mereka gak mirip, kok. Gantengan Ata kemana-mana."

"Kakak kali yang matanya rada-rada. Cakepan yang ini, kak. Wajahnya mungil. Namanya siapa?"

Ni nenek-nenek lagi puber ke dua apa ya? Genit amat dah, batin Mita sambil menatap aneh si nenek yang dari tadi masih memerhatikan Genta.

EvanescentHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin