11. Truth? - 1

143 23 35
                                    

"Kapan selesainya sih ini ya Tuhan."

Genta menguap lebar begitu selesai berucap. Mita yang duduk di sebelahnya hanya bisa tertawa geli selepas mengerling sekilas.

Seluruh kelas sebelas dari semua jurusan sedang berkumpul di aula utama sekarang. Bimbingan terakhir sebelum senin depan sudah memulai kegiatan prakerin selama tiga bulan.

"Ga penting njir ni orang kesiswaan. Omongannya sama semua kayak ketua jurusan tempo hari." Cerocos Genta kesal

"Ya lo ngarep apaan sih emangnya. Namanya bimbingan ya gini-gini doang isinya lah." Timpal Mita

"Yo,"

"Hm?"

Mita menoleh sambil mengangkat alis begitu Genta memanggilnya.

"Gue ngantuk." Kata Genta sambil menggerak-gerakkan tubuhnya manja

Heran, dahi Mita mengernyit.

"Ya terus?"

"Cabut yuk?"

Selama beberapa detik, Mita mempertimbangkan. Ia melihat sekeliling dan pandangnya jatuh ke pintu keluar sebelah kanan—karena pintu sebelah kiri biasanya dikunci dan cuma jadi pajangan saja. Bahunya langsung merosot.

"Kalo lo bisa nyingkirin Manu dari sana sih, ayo."

Genta langsung membalik badannya setelah mendengar ucapan Mita. Reaksi anak lelaki itu tak beda jauh dengan Mita begitu melihat ada Pak Manu yang sedang menjaga pintu.

"Asli sih ini gue mau pingsan rasanya. Ngantuk."

"Labil lo. Pingsan, pingsan aja. Ngantuk, ngantuk aja."

"Tapi hati gue ga labil kok, Yo. Buat lo doang."

Mita nyengir sebelum menimpali,"Sampis lo bego."

Mendengar itu, Genta tak bisa berbuat banyak selain cengar-cengir. Ia tak tahu kenapa menggoda Mita belakangan ini jadi hal yang sangat menyenangkan.

"Makan permen nih. Biar melek." Kata Mita sambil menyodorkan beberapa bungkus permen blaster kepada Genta

"Ga mempan. Dicium lo dulu deh ini kayaknya baru melek."

Pletak

Adalah satu-satunya suara yang terdengar sebab Mita baru saja memukul belakang kepala Genta. Alih-alih protes, anak itu malah tertawa geli. Sama seperti Mita sekarang.

Setelah itu mereka malah jadi asik sendiri menggoda satu sama lain. Mita yang menusuk-nusuk perut samping Genta menggunakan jari telunjuk dan Genta yang sesekali menarik-narik ujung rambut Mita sampai kepala perempuan itu terantuk ke belakang.

Keduanya sudah seratus persen kehilangan minat pada guru kesiswaan yang masih mengoceh di depan sana. Tanpa menyadari kalau dari sudut lain Aaron sedang memerhatikan mereka sambil menahan kesal.

→←

"Itu Ami ga sih, Joe?"

"Mana?"

Hadi mengarahkan telunjuknya kepada presensi yang ia yakini sebagai figur Genta di depan sana. Dua anak lelaki itu sekarang sedang berada di kursi mobil barisan depan dan memarkir mobil tak jauh dari gerbang utama lingkungan sekolah Yayasan Antares.

"Yang sama cewek?" tanya Joe begitu ia mengikuti arah telunjuk Hadi

"Iya. Anjir lah. Itu gak sih cewek yang dia maksud?"

Joe tak lantas menanggapi. Yang sekarang sibuk berkutat di otaknya adalah kenampakan Genta yang sedang tertawa girang sambil sesekali menjahili siswi perempuan yang jalan beriringan dengannya. Sudah lama sekali. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali Genta terlihat begitu gembira di penglihatan Joe.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang