15. Tripped

128 21 49
                                    

"Kan saya udah bilang buat diurutin dari atas. Jangan kamu taro langsung."

"Iya Pak, maaf. Ini saya kerjain ulang."

Instruktur anak-anak prakerin di ruang arsip menggelengkan kepalanya lemah. Barusan adalah konversasinya dengan Genta yang salah menyusun berkas.

"Yaudah. Kerjain pelan-pelan. Yang fokus, Genta."

"Iya, Pak."

Ada tiga anak laki-laki yang tugas di ruang arsip termasuk Genta. Yang satu adalah teman satu sekolahnya dan satu lagi adalah siswa dari sekolah lain. Dua anak yang tadinya hanya memerhatikan Genta kena tegur sekarang sudah tertawa geli.

"Lo sih gue bilangin ga denger. Berkas yang itu mesti diurutin dari yang atas supaya nanti yang di paling bawah ada di lembar pertama." Kata salah satu dari mereka

"Hhh iya ni otak gue lagi ga beres."

Habis berkata begitu, Genta mendudukkan diri di lantai. Ia menatap tumpukan kertas di dekat kakinya sebelum benar-benar menyentuh dan mengurutkannya dari atas sampai bawah.

Sebenarnya Genta bukan tipe anak yang sering melakukan kesalahan. Ia hanya kehilangan fokusnya hari ini sebab tadi pagi melihat pemandangan yang kurang enak.

Jadi pagi ini Genta datang kelewat awal karena ia sudah tak bisa tidur setelah terbangun waktu subuh. Ia tak punya hal yang bisa dilakukan untuk menunggu datangnya siang hari jadi ia memutuskan untuk berangkat ke tempat prakerin sejam lebih awal.

Namun rupanya pilihan yang Genta ambil tak berdampak terlalu bagus untuk dirinya sendiri.

Kenapa?

Karena pagi tadi, tepat sebelum motornya masuk lahan parkir belakang, ia melihat Mita yang baru saja turun dari motor Aaron. Anak perempuan itu kelihatan sangat berseri-seri. Ditambah pula perbincangan singkat mereka—entah apa—yang membuat keduanya sama-sama tertawa geli setelah itu. Juga soal Aaron yang ia lihat mengelus kepala Mita dan mencubit pipi gembil anak itu sebelum kembali menancap gas.

He just didn't know why but that things really annoy him.

And somehow it's kinda hurt him to see this Mita girl smiling so bright in front of another guy.

Sampai sekarang, Genta bahkan masih ingat bagaimana cerahnya wajah Mita saat melambaikan tangan untuk mengiringi kepergian Aaron.

Anak lelaki itu jadi kesal sendiri. Padahal, akhir pekan kemarin ia baru saja menghabiskan waktu dengan Mita. Anak perempuan itu sudah hampir mengambil penuh atensi dan afeksinya. Lalu melihat kenampakan tadi pagi benar-benar membuat Genta tak tahu harus berekspresi bagaimana.

Yang jelas, he's mad. For unknown reason.

→←

"Eh sumpah sih Naya lo tuh mengkhawatirkan njir, asli."

Mendengar Mita berseru demikian, Naya menoleh sambil mengangkat sepasang alis seolah ia bertanya—apa-kenapa-ada-apa.

Dua anak perempuan itu sudah berada di bilik yang hanya punya sekat sebatas dada dari ruang kerja pegawai lain di divisi ekstensifikasi. Padahal jam istirahat masih tersisa setengah jam lagi.

"Gue denger-denger lantai kita ini angker loh, Nay. Lo kesambet ga sih? Sakit lo ya? Mau pulang?"

"HAHAHAH SES, APAAN SIH?!"

"Lo tuh yang apaan?! Dari tadi gue liatin kayak ada syaraf yang koslet. Senyam senyum terus padahal gaada yang lucu."

Mita berbicara demikian bukan tanpa alasan. Hari ini Naya kelihatan sedikit berbeda. Anak itu jadi kurang fokus—terbukti dengan ruangan ini yang hampir banjir karena ia tidak memakai dispenser dengan benar. Juga bibir perempuan itu yang tak henti-hentinya melengkungkan senyum. Padahal tidak ada sesuatu yang lucu atau menyentuh. Ia sedari tadi hanya menggulir layar pada dokumen di komputer yang ia hadapi.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang