5. She's a Monster

206 28 26
                                    

Tak ada konversasi sama sekali di antara Aaron dan Mita selama perjalanan pulang. Mita bahkan bisa menangkap ada yang salah sejak Aaron memberinya helm dengan ekspresi dingin di parkiran tadi.

Sebenarnya Mita ingin bertanya. Tapi ia sangsi. Bukannya membaik, Aaron bisa saja naik temper dan berakhir benar-benar badmood. Jadi ia memilih untuk membungkam mulut meski benaknya disesaki banyak sekali tanda tanya.

"Kenapa?"

Barusan adalah suara tanya dari Aaron. Mereka sedang berhenti di persimpangan jalan untuk mengambil arah ke kediaman Mita. Lelaki itu bertanya duluan karena ia bisa merasakan dua telapak tangan Mita yang meremas jaket almamaternya lumayan kuat.

"Hah?"

"Kamu kenapa, Ita?"

"Apanya yang kenapa?"

"......"

Mita tak dapat mendengar apa yang keluar dari mulut Aaron barusan. Motor yang Aaron pegang kendalinya melaju cukup kencang jadi suaranya beradu dengan angin hingga tak dapat ditangkap dengan jelas oleh telinga Mita. Jadi perempuan itu sekarang sudah memajukan tubuhnya sedikit dan meminta Aaron untuk mengulang kalimatnya sekali lagi.

"Kamu pegangan ke akunya kenceng banget. Kusut loh nanti almamater aku. Kenapa kamu, huh?"

Sepasang bola mata Mita refleks membesar. Ia melirik ke arah dua tangannya yang tanpa ia sadari memang meremas almamater Aaron kencang sekali.

"Eh, maaf."

"Aku nggak akan kemana-mana. Ga usah erat-erat gitu dipegangnya. Aku bukan balon."

"Aha-hahahahaha."

Ada sekat beberapa detik di gelak tawa Mita barusan. Sumpah mati, di telinganya perkataan Aaron tak memiliki unsur humor sama sekali.

Tai lah garing bat nyet, batin Mita. Untung Aaron tak dapat mendengar suara hati. Jadi Mita bersyukur karena umpatannya barusan hanya Tuhan yang tahu.

Kira-kira hanya butuh lima menit jarak tempuh dengan kecepatan normal sepeda motor untuk sampai di rumah Mita setelah mengambil arah dari persimpangan jalan. Jadi sekarang anak perempuan itu sudah turun dari jok motor dan sedang dibantu melepas helm oleh Aaron.

"Kamu gapapa?"

Sepasang Alis Mita terangkat tepat setelah Aaron selesai mengucap kalimat tanya. Ia tidak menyadari apa pun yang salah dan malah bermonolog dalam hatinya.

Harusnya aku yang tanya, Ata. Kamu kenapa?

"Emang aku kenapa?"

"Ita,"

Alih-alih menjawab, Mita malah nyengir. Ia tahu Aaron bakal protes kalau pertanyaannya dibalas kalimat tanya lagi.

"Gapapa kok aku. Ga tau tadi kenapa, aku aja ga sadar kalo kamu ga bilang."

Dua sudut bibir Aaron naik lumayan tinggi. Entah apa sebabnya. Yang pasti sekarang jantung Mita rasanya mau copot begitu melihat cekungan yang dibuat oleh lesung pipi Aaron. Tulang pipi lelaki itu yang juga sedikit naik sumpah mati tak membantu sama sekali. Rasanya Mita ingin menyublim saja saat melihat pemandangan itu.

Mita bahkan tidak sadar sekarang dua pipi gembilnya sudah mengeluarkan semburat merah. Dasar ABG. Dikasih senyum sedikit oleh pacarnya saja sudah jadi sedemikan salah tingkah. Hah.

"Yaudah kamu masuk sana. Aku balik, ya."

Sambil mengulas senyum, Mita mengangguk.

"Hati-hati, Ata."

EvanescentWhere stories live. Discover now