47. Wish

9 4 0
                                    

Mita seharusnya tak perlu mengerutkan alis kalau saja ia langsung mendapati buku catatan di kolong mejanya, alih-alih sebuah kertas foto ukuran 3R. Tak langsung melihat hal apa yang ditangkap lensa kamera, perhatian Mita tertarik oleh sederet kalimat yang ditulis di bagian belakangnya.

They both surely love you to death.

But do you know they have been planning something behind you?

Something profit them both yet something bad it might destroy you.

My last warning, dearest bud. Be aware.

You do not really know about anything they capable of doing.

Protect your ownself. Do not put so much trust to others.

Because at the end, you have nothing—nor anyone—but yourself.

Sepasang alis Mita yang tadinya menyatu dalam kebingungan, kini berpisah karena mereka terangkat tinggi sebab matanya membulat horor. Mita berharap matanya salah melihat. Tapi, seberapa besar Mita menyangkal, itu tidak akan mengubah fakta tentang yang sekarang dilihat oleh manik matanya adalah Aaron dan Genta yang sedang duduk bersebelahan dan kelihatan sangat akrab.

Tak ada yang Mita lakukan selama beberapa lama. Ia hanya memandangi kertas foto yang ada di tangannya. Tanpa menyadari kalau genggamannya pada kertas tersebut menguat sampai membuatnya hampir rusak.

Satu kali, dua kali, Mita masih bisa menyembunyikan kejengkelannya terhadap pesan-pesan anonim yang menurutnya super provokatif. Mita tak mengambil tindakan apapun karena ia pikir semuanya hanya perbuatan orang iseng saja.

Mita pikir, selama dia tak mendapat ancaman atau kerugian, dia hanya akan membiarkannya. Problematika hidupnya sudah begitu menumpuk. Dia tidak memiliki waktu dan tenaga lebih kalau masalah seperti ini pun harus diambil pusing. Tapi, belakangan pesan-pesan tanpa nama yang dikirim padanya ini mulai menggangu. Sangat mengganggu, bahkan. Jadi kali ini Mita sepertinya tidak bisa tinggal diam.

"Lagi liat apa? serius banget?" pertanyaan itu diajukan oleh Genta yang langsung berdiri tepat di belakang Mita untuk melihat apa yang sedang diperhatikan anak perempuan itu.

Belum sempat melihat dengan jelas, Mita memutar badannya untuk bisa menghadap Genta. Ia menghempaskan tangannya—yang memegang kertas foto—ke samping tubuh lalu mendongak sedikit. Genta mengangkat sepasang alisnya sambil tersenyum tipis. Tidak lama, karena air mukanya langsung berubah jadi keruh begitu Mita mengangkat kertas foto tepat ke depan wajahnya.

Genta tak dapat menahan keterkejutannya. Bibir anak lelaki itu bergerak sampai bilahnya sedikit terpisah. Matanya juga berubah jadi lebih besar daripada ukuran aslinya. Genta tidak salah lihat. Yang tercetak pada kertas foto itu adalah potret dirinya bersama Aaron yang sedang mengobrol semalam.

Satu tangan Genta sudah terangkat untuk mengambil kertas foto itu dari Mita, tapi pergerakannya kalah cepat karena Mita tahu-tahu menariknya. Anak perempuan itu lalu membanting kertas foto di tangannya ke atas meja dengan posisi terbalik. Genta membaca tulisan yang ada di sana.

"Jelasin," tuntut Mita. Suaranya tenang, tapi terdengar begitu tebal. Berhasil menarik perhatian beberapa siswa yang ada di dalam kelas.

Bolak-balik mata Genta melihat ke arah kertas foto yang ada di meja dan ke wajah Mita. Anak lelaki itu tak melakukan banyak hal selain bibirnya yang bergerak-gerak seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi, dia tidak benar-benar bicara karena tak ada satu pun suara yang keluar dari mulutnya.

EvanescentWhere stories live. Discover now