36. Sudden Attack

123 20 26
                                    

Hari Sabtu menyebalkan yang sebelum ini diributan kelas Mita akhirnya sampai juga. Dua kelas jurusan Administrasi Perkantoran dan dua kelas jurusan Teknik Mesin dijadwalkan mengambil nilai olahraga renang di hari yang sama. What a rare moment. Karena, siswa Bisnis Manajemen biasanya hanya akan digabung dengan sesama, hampir tak pernah dipertemukan dengan Program Studi lain dalam hal pengambilan nilai.

Yang lebih menyebalkannya lagi, hampir delapan puluh siswa itu harus repot-repot datang ke kolam renang umum lantaran gelanggang renang sekolah mereka sedang dalam proses renovasi.

Sebenarnya, hal itu tak terlalu menjengkelkan untuk Mita. Yang membuatnya jadi sedikit terganggu adalah tatapan orang-orang yang seolah-olah menghakiminya. Apa lagi? Karena ia sekarang sedang menempel dengan Genta, bukan membantu dan merawat Aaron keras kepala yang memaksakan hadir meski kakinya masih dibalut perban.

"Relax." Genta menunduk sedikit supaya bisa membisikkan kata itu di telinga Mita. Anak perempuan itu berdiri di sebelahnya dan tak berhenti bergerak-gerak gelisah sejak tadi.

Mita mendongak sedikit untuk menatap Genta. Wajah yang menggantung senyum lebar serta lesung pipi yang mencekung dalam itu sedikit membantu. Tubuhnya seketika terasa lebih ringan. Seperti ada beberapa berat beban yang baru saja menguap pergi.

"Kalo ada yang tanya kenapa lo gak sama Aaron, bilang aja 'gapapa'. Kalo ada yang tanya, 'kok lo gitu?', jawab aja 'biarin'."

Segala ekspresi wajah yang Genta buat saat mengucap kalimat barusan berhasil membuat Mita tertawa lumayan kencang. Beberapa pasang mata refleks menoleh, tapi Mita dan Genta memutuskan untuk tidak peduli.

Para siswa akhirnya masuk ke kawasan kolam renang setelah guru olahraga selesai mengurus administrasi di loket depan. Keseluruhan kolam dipesan meski yayasan Antares hanya memerlukan dua. Pegawai yang mengurus bagian tiket sampai heran, tapi titel yayasan Antares tentu saja langsung menjelaskan segalanya. Itu wajar bagi yayasan pendidikan besar untuk menyewa seluruh kolam renang agar tak ada pengunjung lain supaya siwa-siwinya merasa nyaman, kan?

→←

Qilah mendengus kasar saat ia dan Mita beriringan keluar dari ruang ganti. Berbanding terbalik dengan Mita yang malah cekikikan sambil berusaha mengejar Qilah yang lantas berjalan menjauh.

"Kenapa, sih, sikil?" tanya Mita—cengegesan.

"Lo tuh goblok atau apa sih Mita? sana jauh-jauh!"

Mita tergelak. Qilah berkata kejam begitu pasti karena cara berpakaiannya yang tidak benar.

Kalau anak perempuan lain mayoritas mengenakan baju renang terusan atau setelan renang yang seksi, lain dengan yang Mita pakai sekarang. Anak bodoh itu memakai baju terusan renang pendek, tapi ia tak memakai bagian atasnya. Mita menggantinya dengan kaos belel, lau atasan baju yang menjuntai—karena tak ia gunakan dengan benar—dililit dan diikatnya di bagian pinggang.

"Kalo ga mau pake terusan mending lo pake legging sama kaos, bego. Ngapain kayak gini, sih, sumpah deh." Jerit Qilah jengkel

"Tuh, kayak anak AP2." Mita mengikuti arah tangan Qilah yang menunjuk Naya di seberang kolam. Sekumpulan anak perempuan berpakaian renang seksi sedang pemanasan di sana. Hampir mirip seperti Mita, Naya dan beberapa anak mengenakan setelan santai alih-alih menggunakan setelan renang. Bedanya, setelan yang Naya kenakan kelihatan jauh lebih waras daripada yang sekarang Mita pakai.

"GENTAAAAAA!!!!" Qilah menjerit waktu ia lihat Genta dan beberapa anak lelaki muncul dari ruang ganti. Dengan seulas senyum tipis, Genta menghampiri.

"Kenapa?"

"Ini teman sebangku lo tolong diurusin dong. Tsk, bikin malu aja."

"Siapa?" tanya Genta karena Mita kelihatan tak mau menatapnya dan malah sembunyi di belakang Qilah. Bukan malu karena pakaiannya, tapi rasanya sangat risih melihat Genta hanya memakai celana pendek tanpa atasan.

EvanescentWhere stories live. Discover now