16. A Talk

132 25 36
                                    

Aaron menghela napasnya berat begitu sang Bude melengos melempar pandang.

"Kamu tuh capek, Ata. Nggak apa-apa libur sehari."

"Iya tapi aku kemarin cuma bercanda kok, Bude. Aku masih bisa nganter pesenan kalo memang lagi banyak."

Mendengar Aaron berkata demikian, si Bude ini malah mengulas senyum. Memang baru kemarin sore Aaron berkata kalau ia agak lelah. Tapi itu semua murni ia katakan karena ia memang betulan lelah. Bukan kode minta libur atau apa.

Jadi, Aaron ini memutuskan untuk menjadi kurir pribadi tanpa bayaran yang tugasnya mengantar pesanan kue yang diterima oleh Budenya. Iya, karena selama ayahnya ditahan dan ibunya dirawat, ia dan Maisha—adik perempuannya—dititipkan kepada wanita tua yang menyandang status sebagai kakak kandung ibunya ini.

"Gak apa-apa. Toh bude selama ini ga pernah nyuruh kamu, kan. kamunya yang mau nganter-nganter pesenan."

"Tapi kan—"

"Udah. Istirahat aja. Kamu lagi praktik pula kan capek. Atau nggak ajak Ita jalan. Eh iya gimana kabarnya si Ita? Kok jarang main?"

Ada jeda beberapa saat sebelum Aaron menjawab. Ia kelihatan ragu bercampur bingung.

Karena tak kunjung bersuara, akhirnya si Bude yang bertanya lagi,"Kenapa? Kamu lagi tengkar?"

Aaron menggeleng lemah.

"Tuh, kan. Pasti karena kamu sibuk terus nganterin pesenan Itanya jadi ga diperhatiin."

"Uhm, gak gitu kok, bude."

"Ata, dengerin bude. Perempuan model Ita itu adanya satu dari sekian ribu. Jangan kamu sia-sia. Jangan tengkar lama-lama."

"Aku gak tengkar sama Ita, kok."

"Terus apa? Udah putus apa malah?"

Kaget karena mendengar pertanyaan Budenya yang kelewat gamblang, Aaron menggeleng cepat sambil membelalakkan mata.

"Bude kok ngomongnya gitu?"

"Ya kan Bude Cuma tanya. Biasanya kan Ita suka ngajak Maisha main. Tapi belakangan ini nggak pernah."

"Dia lagi sibuk aja kok. Kan sama-sama lagi praktik."

"Oh, bagus deh. Penting kamu jangan putus sama dia kalo bisa. Kamu ngerti maksud bude kan, Ata?"

Aaron mengangguk. Budenya kemudian pergi ke dapur. Mengurusi pesanan kue rumahan yang dipesan langsung. Padahal wanita itu punya beberapa cabang kios di berbagai wilayah. Ia juga punya tempat produksi sendiri untuk tiap kiosnya tapi masih sempat melayani pesanan tetangga-tetangga dekat.

Setelah ditinggal Budenya, Aaron pergi ke kamar. Ia melihat jam yang tergantung di dinding. Baru lima belas menit lewat dari pukul tujuh.

LINE!

Bunyi notifikasi mengganggu pikiran Aaron. Kali ini tangannya langsung menyambar benda persegi panjang itu dari meja nakas. Ia tahu pasti itu pesan dari Mita.

| LINE | Mita Franseesca @ 07:16

Pagiiiiiiii~

Atanya Ita udah bangun belum?

Jangan bangun siang-siang

Nanti gantengnya ilang

[stiker]

Ulasan senyum membingkai wajah Aaron selepas ia membaca pesan di ruang obrolannya bersama Mita. Ia baru hendak mengetikkan balasan. Tapi jari tangannya kalah cepat karena Mita sudah mengiriminya beberapa pesan lain.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang