2

634 79 3
                                    

"Aa! Pagi teman!" Sapa seorang gadis yang duduk di pojok kelas samping jendela.

Gadis bersurai panjang sedikit bergelombang yang semula sibuk dengan ponselnya sadar akan kehadirannya, memberi salam.

Taufan, gadis itu pernah satu smp dengannya dan menjadi teman akrabnya saat keduanya sekelas pada tahun ke 3.

Bila dilihat sekilas, keduanya memiliki sifat berbanding terbalik. Taufan yang easy going dan berisik, dibandingkan dengan Hali yang sedikit tertutup dan misterius. Namun terkadang keduanya pernah juga berbagi sel otak yang sama.

Entah bagaimana bisa keduanya bisa saling paham dari pandangan mata juga ekspresi yang dibuat keduanya.

Keduanya juga lebih memilih olahraga dibandingkan sekolah..

Nilai keduanya pun bahkan tak beda jauh..

Apa mereka saudara yang terpisah?

Hali yang baru saja masuk kedalam ruang kelas, segera bergabung dengannya.

Berbeda dengan ruang kelas biasanya, ruang lab di sekolahnya memiliki meja keramik panjang yang tiap satu mejanya dapat diisi 3 hingga 4 orang.

"Tumben pagi?" Tanya Hali datar sembari meletakkan tasnya di meja.

"Bukankah pertanyaan itu lebih pantas untukmu?!" Ujar Taufan. Gadis manik merah macam vampir ini berhasil membuat dirinya dongkol pagi pagi begini.

"Btw, selamat buat masuk seperempat final! Hebat juga kau ini!" Tepuk Taufan pada pundak sohipnya ini.

"Kau nonton pertandinganku?"

"Tentu saja! Aku lihat dari awal sampai akhir.. kau kesulitan dengan nomer 7 sekolah sebelah kan? Si tinggi itu.."

"Kau benar.. dia sangat menyebalkan.. untung saja aku berhasil membuatnya bungkam.."

Perkataan terakhir sedikit tak dapt dicerna oleh Taufan. Menggundang tanda tanya.

"Bungkam?.."

Terjadi keheningan sesaat. Entah apa yang dipikirkan Hali.

"Dia memandangku tak percaya saat aku mencetak angka terakhir.." Hali berujar juga tanpa sadar menyeringai senang.

Seketika Taufan teringat akan hal itu, kedua kapten itu memang sempat saling pandang dan mungkin sepertinya Taufan sadar bahwa si Hali ini.. menyeringai rendah pada kapten tinggi itu.

"Salah sendiri songong banget dihadapan gue mentang mentang tingginya hampir 2 meter.."

"Ni anak emang sukanya cari masalah mulu.." batin Taufan.

Dan Taufan sendiri nggak sadar diri bahwa ia juga suka mencari masalah..

Menolak lupa ia pernah melemparkan bola kasti terlalu kuat ke siswa ekskul bisbol dan malah memecahkan jendela perpus dan menghantam penjaga tua sampai pingsan. Dia sempat mendapat surat peringatan karena itu..

"Kau kelihatannya seru sekali dengan ponselmu.. sama pacar?"

Taufan menoleh dan berketip mengoda, menunjukkan ponselnya.

"Aku baru berkencan dengannya seminggu ini!" Taufan bersemangat dengan wajah bersemu merah. Malu juga senang.

"Ini.. bukannya anak ekskul berkebun itu?" Hali berujar selidik. Ia tak terlalu pandai menginggat orang, dirinya hanya ingat pada anak anak yang menonjol saja. Entah baik atau buruk macam Taufan ini.

Ya.. anak lelaki itu cukup diingatkan karena dia lumayan populer.

"Kau benaar!"

"Cepat juga kau cari pacar.."

"Iri yak?"

"Apa yang harus ku iri kan darimu?"

"Gila! Nggak ngotak banget lu kalo ngomong!"

"Lagipula aku tak ada niatan juga--"

Pandangannya jatuh pada seorang pria yang baru saja masuk sembari membawa beberapa surat di tangan.

Kedatangan pria itu sempat disambut beberapa gadis dikelasnya.

"Gempa! Kau mampir kemari?"

"Ada apaa? Ada yang bisa ku bantu?"

"Kau terlihat sibuk sekali Gempa.."

Gempa sendiri sempat kikuk sebentar sebelum akhirnya kembali bersikap biasa.

"Surat dispensasi untuk anggota osis nanti jam ke 5.."

"Eh? Suratnya dibawa dulu?" Tanya seseorang yang mendapat surat dispen tak mengikuti pelajaran itu

"Iya.. sekalian aja, mumpung dapat ijin.." jawab Gempa.

"Makasih ketuaa.. harusnya kau tak usah repot repot melakukan ini.."

"Nggak papa.. santai aja. Aku pergi dulu ya!.."

"Semangat ketua!!"

"Dah Gempaa! Semangat!!" Gadis gadis lain juga ikut memberi semangat.

"Makasih banyak yaa.." ucapnya sedikit tersipu kemudian berlalu pergi keluar kelas.

"Aa.. ketua osis memang sangat populer. Siapa yang tidak menyukai pria tampan dan pintar itu.. ramah lagi?.."

Taufan menoleh pada Hali yang membeku di tempat, dengan wajah memerah. Tak bergerak.

"Bernafas teman! Jangan lupa bernafas!" Taufan mengibaskan tangannya di wajah Hali yang masih membatu dengan jantung yang berdebar hebat.

Berujar santai seolah ini adalah hal yang biasa baginya.

Melihat teman dingin dan kaku layaknya kanebo kering tengah menyukai seseorang membuat ini terasa begitu lucu..

.
.
.
.

Jangan lupa RnV nya ya temaan. Thanks! qwq))b

Don't Notice Me!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin