44

313 35 7
                                    

"Lu udah punya pacar ya?!"

Pertanyaan dari kawan sebangku juga anggota klub basket itu mampu menarik perhatian seorang lelaki bernetra biru langit yang sibuk bermain dengan bola basket miliknya. Memutarnya di ujung jemari untuk memupus bosan akan jam kosong di pelajaran terakhir ini. Meski bel pulang sebentar lagi akan berbunyi, mereka tak bisa keluar begitu saja karena pasti ada beberapa guru yang berpatroli di sekitaran lorong.

Dengan alis terangkat sebelah karena keheranan, Ice menghentikan laju bola dengan kedua tangan "Tidak. Kata siapa?" Ia melempar pertanyaan pada kawannya itu.

"Lu sering bolos latian belakangan ini! Biasanya kalo lu bolos, pasti gegera cewek!"

Ice terdiam mendengarnya sebelum kembali menfokuskan diri pada bola. "Lu simpulin gitu?" Ia malah tertawa pelan. Memberi kesan ambigu.

Kawannya yang lain-duduk didepan Ice- ikut nimbrung sembari memutar bangku kebelakang. "Sama si 'itu'?" Tanyanya penasaran.

"Apanya?" Ice tak mengerti.

"Ini beda lagi kayaknya! Gue lihat udah kagak tegor sapa lagi sama situ!" Tudingnya dengan dagu pada Ice "Coba tanya sama yang bersangkutan!"

"Yang mana?! 'Situ' atau yang baru lagi?"

Seolah kesal akan kawannya yang berisik, Ice menghela nafas panjang dengan birai tertutup rapat. Pandangannya beralih mengamati goresan halus di bola karet itu. 

Mulai memeriksa apakah bola basket yang sudah menemaninya setahun ini masih bagus atau tidak.

Keheningan terjadi diantara mereka. Masih menunggu jawaban meski raut wajah datar Ice tak sedikitpun berubah dan sibuk sendiri.

Gerakannya menyusur bola karet itu terhenti. Netranya mulai melirik kawan kawannya yang masih tak bergeming. 

"Bukan dia" Ice mulai tak betah. Geli juga ditatap lama sama sejenisnya. "Beda lagi" Ujarnya acuh dan kini melemparkan bola ke atas meski tak terlalu tinggi. 

Dengan sudut bibir sedikit terangkat naik setelah mengatakannya.

Jawaban yang cukup membuat dua kawannya itu terkejut. "Beda lagi?!"

"Gue liat lu udah nggak sama Nao lagi" Sang wakil yang duduk di seberang Ice ikut nimbrung. "Dia sempet tanya kemana lu pergi waktu bolos kemaren. Lu emang udah nggak kontakan lagi sama dia?" Jelasnya dirasa ia lupa untuk menyampaikan pesan itu. 

Sempat diam sebentar dirasa agak kaget. Saat hendak berujar, sudah disaut oleh yang lain. 

"Bener juga. Kemaren Nao ada waktu lu kabur. Terus lu bolos sama siapa?"

"Cewek lain?"

"Kenapa sama si Nao?"

Serbuan pertanyaan itu mulai buatnya risih. "Tanya aja sama dia sendiri. Masalahnya ada di dia!" Balas Ice santai seolah tak ingin terus menyangkalnya.  

Bertepatan dengan bunyi nyaring bel waktu pulang menggema. Ice segera bangkit dan menyampirkan tas di pundak kiri. " Gue ijin hari ini. Besok gue masuk!" Ujarnya berlalu lebih dulu menuju keluar kelas dengan bola miliknya di tangan yang lain. "Bilangin, gue nggak enak badan!"

"Bolos terus!!" "Kemana lagi woi?!!" "Lu mau disikat pelatih!??" Kawan kawannya mulai protes dengan kelakukan semena mena kapten mereka.

"Mau nyamperin si 'cewek baru' itu!?" ujar wakil agak keras melihat Ice berlalu dari balik jendela. 

Dan Ice tanpa melepas pandang, berujar tak mau kalah " Yoi!!" 

Ketiganya pun terdiam. Sibuk memandang luar jendela hingga kapten mereka tak lagi terlihat di pandangan. 

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang