21

332 50 12
                                    

Acara pensi itu berjalan lancar. Mungkin.

Hali pulang lebih dulu sebelum acaranya benar benar habis. Sadar bahwa pagar sekolah telah terbuka dan membiarkan orang orang keluar masuk, Hali segera mengambil tas miliknya yang sempat tergeletak di meja dan kabur.

Ya.. tidak benar benar kabur sih..

Pagar itu dibuka pukul 3 sore. Biasanya ia pulang jam segitu.

Hali mulai bosan dengan acara yang kini hampir menuju bagian akhir. Apalagi seharian ini ia sendirian. Dia memang sempat bersama dengan teman sekelasnya yang lain, tapi itu tak berlangsung lama.

Acara seperti itu sebenarnya tak cocok untuk seseorang yang tak punya teman dan pacar. Dan Hali termasuk dalam kriteria itu, jadi ia sudah bosan waktu memasuki tengah hari karena sendirian.

Tak menghiraukan itu lagi, masih ada hal yang ia ingin lakukan disisa waktu ini sebelum senja berakhir 3 jam lagi.

.
.
.

Suara bola membentur papan plastik yang memekakan telinga sebelum akhirnya turun melewati ring menjadi melodi yang indah untuk Hali.

Tak ada yang lebih menyenangkan dari latihan untuk maniak basket sepertinya.

Ia menangkap bola yang memantul kearahnya dan kembali mendribble bola karet tersebut menuju tengah lapangan.

Rasa ini membuatnya kembali waras. Entah kenapa kecintaannya terhadap permainan bola ini lebih besar dibandingkan saat ia masih SMP dulu.

Waktu SMP ia hanya ikut basket selama setahun di kelas 2. Dan ketika SMA, ia iseng untuk ikut kembali karena terlalu malas untuk mempelajari hal baru.

Bagusnya lagi klub basket putri disini tidak terlalu buruk.

Dia yang sebelumnya sempat lupa beberapa teknik, kemampuannya terasah kembali hingga meningkat drastis.

Diingat ingat para pendahulu-kakak kelas 3 saat ia kelas 1- memiliki kemampuan diatas rata rata. Ia banyak belajar dari sana dan akhirnya ia cinta mati dengan basket.

Basket adalah salah satu anugerah terindah yang ia dapatkan di masa SMA.

Hali berlari menggiring bola ditangan menuju daerah yang dirasa cocok untuk tempatnya menembak. Melompat sembari menumpukan kekuatan pada jemari, dilepasnya bola itu dari tangan dengan dorongan kuat setelah memastikan posisinya telah tepat.

Lambungan bola itu terlihat indah dan mulus.

Menyunggingkan senyum yang mirip dengan seringai, yakin tembakan sempurna ini akan masuk kembali kedalam ring untuk yang kesekian kalinya.

Masuk-!

Bola itu membentur ring dengan kuat dan terlempar ke samping.

Tak hanya sampai disitu. Manik merah darahnya spontan mendelik begitu bolanya berhasil menghantam kepala seseorang yang berdiri di pinggir lapangan dengan kuatnya.

Saat itu juga badannya membeku ditempat.

Mampuslah dia-!

Tunggu!!

Ini bukan murni salahnya! Salah sendiri tidak menaruh perhatian sekitar dan sibuk main ponsel di pinggir lapangan yang notabene tempat rawan kena bola nyasar!

Orang itu mengusap kepalanya sebentar. Merasa pening. 

Sebaiknya ia minta maaf.

Hali melangkah mendekat sembari mengambil bola yang kembali memantul padanya. "Maaf! Aku tidak sengaja!"

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now