22

362 51 16
                                    

"Untuk tim basket putri sementara minggu ini libur dulu. Hari rabu ini kita kedapatan tamu untuk tim basket putra! Dan untuk tim putra, persiapkan diri kalian!"

"Latih tanding?" Ulang Taufan sekali lagi, menaikkan sebelah alisnya. Duduk didepan Hali yang kini kursinya ia ubah menghadap ke belakang agar dapat berbicara dengannya.

Istirahat pertama setelah pelajaran sejarah di hari selasa. Keduanya menunggu bel masuk di kelas selanjutnya. Mengingat guru yang akan mengajar jam ke 5 6, merupakan guru yang tak ingin mereka cari gara gara.

Hali yang mendengar itu mengigit kuat buku matematikanya yang tak berdosa. Melampiaskan rasa kesal dan iri yang tak tertahankan. Dan Taufan yang melihat itu, sempat mengingatkan untuk tak sampai menghancurkan buku keramat tersebut karena itu milik perpustakaan.

"Dengan sekolah lain!" Manik merahnya menyipit tak suka. Selain Taufan, para murid lain sudah pasti tak ingin berurusan dengan Hali bila melihat suasana hatinya saat ini. Keburu menciut mendapatkan tatapan tajam dan raut wajah tak bersahabat yang tak ada tanda tanda akan pudar.

Menyebalkan! Bahkan selama SMA saja, ia hanya latih tanding dengan tim putra!

Entah bagaimana caranya tim putra mendapatkan kesempatan emas ini. Padahal sebelumnya pelatih berujar bahwa meminta latih tanding sekolah lain itu cukup sulit karena sekolah mereka tak begitu menonjol.

Ini mungkin karena DBL kemarin, dimana hasilnya cukup mengejutkan banyak orang karena kehadiran satu tim basket tak dikenal di semifinal dari sekolah yang bisa dibilang cukup 'baru'.

.."Kelihatannya mereka tertarik karena tim putra masuk semi final!"..

"Tim ku juga masuk semifinal!!!!" Hali kembali mengigit buku setebal 200 halaman itu, dan bahkan ingin mengoyaknya. "Apa mereka tak bisa melakukan hal serupa pada tim putri?!! Benar benar tak adil!!!"

.."Kita tak bisa minta sekaligus! Aku akan memikirkan agar tim putri dapat pengalaman serupa! Bersabarlah!"..

"BERSABAR SAMPAI KAPAN HUH?!!!" Tanya Hali yang dirasa emosinya hendak meledak gegera pergulatan batinnya sendiri.

"KAU KENAPA SIH?!! MARAH MARAH MULU!??" Taufan ikutan sewot karena tak memahami apa yang dipikirkan Hali sedikitpun. Tau tau marah tak jelas.

.
.
.

"Yaa.. emang nggak adil sih. Tapi kalo langsung minta dua kali latih tanding, kedengarannya kayak nglunjak!" Taufan mencoba untuk tetap memihak pada sahabatnya itu. Agar moodnya tak kembali meledak ledak. "Sabar saja!! Pasti nanti ada waktunya juga!" Hiburnya sekali lagi.

Hali hanya membenamkan wajahnya pada meja, tak membalas apapun. Kenyataan pahit ini, mau tak mau harus ia terima.

Latih tanding dengan sekolah lain pasti sangat seru. Dan lagi, itu bisa menambah pengalaman bermain karena ia bertemu dengan berbagai orang dengan teknik bermain berbeda.

Taufan membungkam bibirnya rapat rapat. Kasihan juga melihat temannya tak berdaya seperti ini.

"Memangnya lihat latih tanding tim putra itu nggak boleh?" Taufan mempertanyakan pendapat yang tau tau muncul di kepala.

"Boleh aja sih.."

"Bukankah itu juga bagus?! Kau bisa mengetahui teknik bermain tim putra! Apalagi sebelumnya kau kagum dengan cara bermain Blaze bukan?"

Hali hanya diam saja, namun kepalanya yang sempat tiduran, perlahan terangkat.

Memandang arah lain sembari mengerucutkan bibir. Seolah tak ingin mengakui bahwa perkataan Taufan ada benarnya juga.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now