5

519 63 2
                                    

"Akhirnya istirahat jugaa~. Aku penasaran dengan menu makan siang hari ini.." Taufan berujar senang. Tak membalas namun Hali setuju dengan pendapat Taufan. Secara ia sudah sangat enek dengan pelajaran sebelumnya. Benar benar mata pelajaran yang tak harusnya di taruh di jadwal pagi.

Keduanya berjalan melewati lorong menuju kantin, setelah meletakkan tas di kelas mata pelajaran selanjutnya.

"Kantin bakal rame banget ini.." gumam Hali malas.

"Mau makan atau tidak?!"

"Mau.."

"Dilarang mengomel!"

"Kau siapa? Ibuku?"

"Aku teman terbaikmu!"

"Anjir! Geli!" Dengus Hali tanpa sadar tertawa mendengarnya.

"Akhirnya tertawa juga.. moodmu tadi udah kayak mau makan orang, kau tau?!" Taufan berujar sembari menatap wanita yang 3 senti lebih tinggi darinya.

"Benarkah?" Tanya Hali asal. Tak terlalu peduli.

"Masih ngambek gegara dimarahi tadi?"

".. lumayan.."

"Anjir.. masih kepikiran aja!"

Keduanya berbelok ke kiri, lewat jalan pintas menuju kantin. Jalan kecil di depan kelas lab. Itu merupakan jalan tercepat menuju kantin yang letaknya paling pojok dari sekolah ini.

Jalan setapak ini juga berhadapan langsung dengan lapangan outdoor yang luas. Dengan lapangan basket disisi kiri dan lapangan voli di sisi kanan.

"Ayo buruan lewat! Tu anak laki kelas b kalo main main, nggak ada aturan anjir!" Taufan berujar begitu sadar bahwa kelas b angkatan mereka tengah bermain basket. Menghabiskan waktu istirahat.

"Oo.. ada si biang onar ternyata.." Hali sadar begitu ada seseorang yang ia kenal tertangkap oleh manik merahnya.

"Ya. Dia ketua ekskul basket putra bukan?!"

"Ya.. Dia sangat berisik. Dia seperti dua kali lipat darimu!.."

"Kau ini--!! Tapi permainannya dua minggu lalu, bagus sekali lho!" Taufan kembali mengingat pertandingan basket putra antar SMA saat itu. Mereka meraih runner up. Itu sudah sangat hebat mengingat pertandingan tersebut lumayan bergengsi dan mereka baru bisa masuk final setelah 2 tahun lamanya.

"Sejujurnya.. kau benar. Dia seperti mesin. Staminanya begitu besar.. mungkin itu sebabnya ia menjadi sangat berisik.."

"Aku tidak melihat ia sekalipun diganti waktu pertandingan kemarin.."

"Kau benar.. sial! Aku iri.." gerutu Hali.

"Sadar diri!.. aku sampe ngos ngosan sendiri begitu melihat porsi latihanmu.."

"Porsi latihanku normal normal saja.."

"Dasar monster-"

"Awaaass!!!"

Tak sempat mendengar peringatan sampai akhir, tiba tiba sebuah bola basket sudah berada di hadapannya. Melesat cepat.

Dengan sigap, Hali menangkapnya. Hampir terpental mundur. Bola itu berhenti pada kedua tangannya yang seketika panas karena bergesek kasar dengan permukaan bola karet coklat tersebut.

Hanya beberapa senti dari wajah. Bola itu bahkan hampir menyentuh hidung mungilnya. Sempat syok sebentar sebelum akhirnya menghela nafas lega.

Dia baru sadar bahwa lesatan bola tadi membuat para murid lain yang berada dibelakang, kaget ketakutan dirasa bola ini melesat akan menghantam mereka.

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang