51

277 34 4
                                    

.
.

"Ini salah paham!"

"Lalu?"

"Dengarkan aku! Kau tidak pernah mau mendengarku!"

"Kenapa aku harus melakukannya?"

"Karena.. kau menyukaiku-"

"Kau berfikir begitu?" Lelaki itu mendengus geli ditempat. Netra itu bahkan menunjukkan tatapan yang menyedihkan. 

Hanya sejenak. Lalu mengatur diri dengan mengambil nafas dengan benar. 

"Tidak usah menyalahkan apapun. Lagipula, kita memang tidak terikat sejak awal!" Melanjutkan perkataan. 

Dirasa sudah cukup, lelaki itu berbalik dan melangkah pergi. Memunggunginya yang kini raut wajahnya tampak sedih dan kesal di saat yang sama. 

Matanya memanas. 

"Kembali saja ke pacarmu dan berhentilah mengangguku, Nao!"

.
.
.

".. ao.. Nao!"

Gadis itu tersadar dari lamunan, langsung menoleh mendapati satu rekan timnya yang menyodorkan botol air yang baru di isi padanya. "Kau kenapa? Dari kemarin lu nggak fokus lho!"

Nao seketika bersikap seperti biasa dan tersenyum. Menerima air minum itu dan meletakkannya di tas box. "Tidak apa apa kok!" Berusaha santai. 

Tiba tiba ia merasakan panas mentari menyengat dirasa tadi ia sempat melupakan keberadaannya.  Ia sedikit geser sebanyak satu langkah. Berlindung di celah bayang pohon.  

Yang bertanya pun menyergit seakan tak yakin. "Banyak pikiran ya? Kau sampai dimarahi pelatih karena performamu nggak sebaik biasanya.." Lanjut mengisi botol kosong lain di pancuran air minum. "Curhat saja padaku atau dengan yang lain!"

"Akan ku lakukan nanti.." Nao menjawab asal hanya untuk membuat rekannya tenang. 

Sebenarnya pikirannya benar benar kacau. Apalagi kemarin ia mendapatkan beberapa petunjuk dari beberapa teman tentang siapa yang lelaki itu dekati belakangan ini. 
_____________________________

".. Dia sepertinya anak basket dan orang luar sini. Dia keluar sendiri waktu bilang mau ketemu sama cewek barunya.."

"Apa kalian bener bener nggak tau namanya siapa?!.."

"Beneran! Ice nggak bilang sedikitpun ke kami!.." Anak itu memandang kawannya dibelakang yang juga mengangguk serupa. "Kami aja juga ikut penasaran.."

"Kenapa nggak tanya langsung sama Kak Ice? Orangnya juga baru keluar-"

Sang wakil menyenggol adik kelasnya yang langsung bicara tanpa di filter dulu. Sebenarnya tidak mengherankan karena anak itu tidak begitu tau masalah yang terjadi antara dua kapten ini. 

Seketika di balas lirikan tajam oleh Nao. Berhasil membuat anak polos itu bergidik ngeri. "Salahku dimana?"

"Apa ada hal lain yang mungkin kalian tau?" Sambung gadis itu kembali. 

Manik ramahnya benar benar lenyap dan berganti datar tanpa ekspresi. Mereka tak terbiasa dengan tatapan menusuk itu. 

"Sepertinya dia juga sering menghubungi cewek barunya.." Berujar setelah sempat diam karena ragu. "Aku pernah melihat dia senyum senyum sendiri saat tengah membalas pesan.." 

"Aaa.. aku ingat itu" Si wakil menyaut pembicaraan teman sekelasnya. Teringat beberapa minggu lalu. "Saat ku tanya dia cuma diam saja sih.. tapi aku yakin itu bukan dari keluarga atau adiknya.."

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now