34

311 43 7
                                    

"Lama nggak ketemu, Blaze!" Ucap Ice sembari mengulur senyum seolah menyambut baik pertemuan tak disangka ini. "Tak kusangka aku akan melihat kalian disini.."

Sempat ada jeda sesaat dengan netra perlahan turun. Memincingkan mata ".. Berdua"

Ice mengangguk pelan begitu melihat kondisi ini.

Entah apa yang lelaki itu coba pahami.

"Bagaimana kau bisa disini?" Tanya Blaze dengan raut wajah tak enak. Merasa terganggu.

Kebetulan yang tak pernah ia sangka.

"Kalian sodaraan ya? Sudah kubilang ini lapangan umum!" Ice mulai risih dengan pertanyaan itu setiap kali kemari. Terkesan dangkal.

Seperti nggak ada pertanyaan lain.

Memang kenapa bila ia ingin latihan disini?

"Apa kalian pacaran?" Tebak Ice tiba tiba.

Hali yang sedari tadi berdiri diam di samping Blaze setelah panas di keningnya memudar spontan mendelik mendengarnya.

"Nggak!" Jawab Hali dan Blaze kompak.

'Belum!!' batin Blaze melanjutkan jawaban. Tanpa sadar mendecih pelan setelahnya karena merasa kesal

"Bisa kompak gitu jawabnya.." Ice mendengus geli melihat tingkah mereka. "Aku tanya karena kalian datang bareng!" Beralih memandang Blaze yang sepertinya tak suka dengan pandangan yang dilemparnya.

"Kau sendirian disini?" Tanya Hali melihat sekeliling.

Dan tak didapatinya seorangpun selain mereka bertiga disini.

"Ya. Dan aku mau pulang" Ice mendrible bola ditangan sebentar.

" Tenang saja, aku tak akan menganggu acara kalian!" Tambahnya lagi sembari menarik senyum. Menangkap bolanya kembali.

"Kenapa?"

"Aku sudah latihan disini dari jam 4"

Lelaki berkaos kelabu lengan pendek dengan celana hitam di atas lutut itu berbalik dan berlalu tanpa menunggu jawaban. Melangkah menuju bangku di tepian dimana satu tas tergeletak disana.

"Satu permainan!"

Gerakan mengambil tas nya terhenti. Sontak Ice berbalik. Merasa bahwa perkataan itu di khususkan untuknya.

"Satu permainan denganku dan kau boleh pulang!" Blaze mengulang perkataan. Memperjelas.

Hali yang dengar itu seketika terkejut. Manik merahnya melebar

"Siapa kau?" Desis Ice mendengarnya.

"Aku mau istirahat. Tenagaku juga ada batasnya!" Tolehnya sembari meransel tas di pundak kanan.

"Kau takut?"

"Ya. Aku takut, karena aku tidak berbakat seperti kalian!" Ujar Ice dengan lugas.

"Nyebelin!!" Batin Hali dan Blaze berujar bersamaan. Geram.

Perkataan itu malah membuat keduanya teringat kekalahan mereka saat itu.

Mencoba merendah dengan kemampuan seperti itu?

"Dan tak ada baiknya juga kalau kita sering bertemu. Aku ini musuhmu, Blaze!" Sambung Ice sekali lagi.

Ya.. Itu memang bukan hal yang bagus..

Ice hendak melangkahkan kaki dirasa alasan itu cukup jelas "Aku pergi dulu-"

"Kalo lu menang, gue traktir!" Cegah Blaze sebelum orang itu beranjak lebih jauh.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now