18

370 52 8
                                    

Hali mengatur kembali tataan rambut yang ia kuncir tinggi dihadapan cermin yang tersedia di toilet. Memastikan agar tak menganggunya melakukan kegiatan pada hari ini. Setelah selesai, ia sempat mengecek penampilannya kembali sembari membawa seragam miliknya di tangan.

Hari pertama acara ulang tahun dimulai dengan penyelenggaraan 6 lomba persahabatan. Salah satunya adalah lari estafet yang dimulai 10 menit setelah pembukaan acara.

Dan Hali termasuk dari 4 siswi yang dipilih mengikuti lomba tersebut oleh anak sekelas.

Lari termasuk hal yang mudah baginya. Mengingat latihan basketnya yang terus menggempur alat gerak bagian bawahnya itu. Lari bukanlah hal yang asing baginya bahkan seolah menjadi makanan sehari hari.

Dia menerima begitu saja begitu ditunjuk saat pemilihan anggota kemarin.

Menurut Hali, setidaknya ia sedikit berkontribusi dalam acara ini yang akan memberikan kesan positif dirinya pada teman teman sekelas.

Ya. Hali berfikir setidaknya ia harus sedikit membuka diri pada teman teman sekelas agar tak ada yang takut lagi dengannya.

Pandangan ngeri orang orang padanya itu sudah lama sekali ia terima, tapi kenapa baru kali ini ia berubah?

Tidak! Sebenarnya ia memang begini.

Namun..

Sudah dibilang ia tak menggigit-

"Kau sudah selesai?" Ujar seseorang yang dibarengi suara mencicit dari pintu toilet yang terbuka, sedikit mengejutkannya.

Taufan keluar dari toilet sembari membawa seragam yang terlipat asal asalan. Gadis itu mengenakan seragam olahraga berwarna putih kelabu. Surai panjang gelombangnya ia ikat tinggi seperti yang Hali lakukan. Kelihatannya gadis itu melakukannya di dalam toilet saat berganti pakaian. Mengingat sebelumnya gadis itu menguraikan rambut sebelum masuk kemari.

"Sudah-!.. " Hali terdiam sebentar sebelum akhirnya memincingkan mata saat menyadari sesuatu. "Kau pakai lipstik?"

Gadis bermanik sapphire seketika mendelik "Bukan! Ini pelembab bibir!!" Ujarnya sewot.

"Itu mengkilap-"

"Itu wajar! Memang seperti itu!" Tekannya mencoba menjelaskan. Mengingat bahwa Hali tak pernah memakai sesuatu seperti itu.

"Ada warnanya-"

"Tentu saja! Tapi samar samar jadi tidak masalah!!"

"Kenapa kau pakai begituan?"

"Aku selalu memakainya. Bibirku mudah kering. Kenapa kau baru sadar sekarang?" Tak lama kemudian, membuat Taufan tanpa sadar berfikir "Apa karena baru ya? Aku baru coba produk ini sih.."

"Warnanya beda dari sebelumnya.."

"Lebih cerah dari sebelumnya ya? Mau coba?" Tawar Taufan sembari mengeluarkan pelembab bibir miliknya dari saku celana.

"Tidak! Terimakasih!!" Tolak Hali mentah mentah. Taufan yang mendengar itu spontan mendecih pelan.

"Kau tau, ini bahkan sudah sangat biasa! Sebagian siswi mengenakan ini, tau!?"

"Dan mereka menangis saat make up mereka disita oleh bagian kedisiplinan, termasuk dirimu!"

"Setidaknya ini akan membuat bibirmu terlihat segar. Bila Gempa sadar, dia pasti-!!"

Perkataan Taufan seketika terhenti saat satu benda jatuh ke lantai yang ternyata seragam sekolah milik Hali.

Sedangkan pemiliknya kini tengah merona hebat. Bahkan hawa panas itu sampai pada kedua telinganya. Maniknya terbuka lebar hingga tanpa sadar badannya bergetar sembari bergumam tak jelas. "A-a-aa!-aaa--aaa!!!" Gagapnya panik.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now