52

261 36 8
                                    

Hari ini telah tiba.

Sekarang saatnya. 

Untuk mengungkapkan perasaan!

"Ngantuk parah.." Hali tepar di mejanya sendiri. Matanya terasa berat gegara beberapa hari ini kurang tidur. 

Semuanya demi cookies yang ingin ia berikan pada Gempa. Yang kini tengah duduk nyaman di dalam tas. 

Ia bahkan meletakkan tasnya tiduran di meja agar si kue tidak hancur. Dia akan nangis kalau sampai itu terjadi. 

Apalagi sebelumnya, ia buat biskuit coklat itu sebanyak dua loyang dan panggangan pertama berakhir gagal karena lupa masukkan salah satu bahan. 

Dan kemudian, ia belajar dari pengalaman saat panggangan kedua. Tak lagi main main dan benar benar ikuti resep. Ia juga sampai bolak balik masuk keluarkan loyang. Mengawasi supaya tak sampai gosong sebab mulai kehabisan bahan.

Ternyata, walau sudah latihan, kesalahan masih bisa terjadi. Tapi dia memang baru mencoba dua kali sendirian.

Netra merahnya tanpa sengaja menemukan makhluk biru yang tak asing dari sudut mata. Baru saja memasuki kelas dengan semangat.

"Selamat pagi!" Sapa Taufan riang yang baru tiba menghampirinya. Langsung ambil bangku di samping Hali. "Sudah jadi? Sudah siap?" Bertanya beruntun. Menarik kursi lalu mendaratkan pantat disana, kemudian menompangkan dagu. Beralih memandang Hali. "Kau akan menyatakan perasaanmu hari ini, kan?!"

Agak kaget. Di ingetin begitu, membuat mata merahnya mendelik.

Dada tetiba berdebar cemas. 

DIA BELUM MENYIAPKAN APA YANG HARUS DIKATAKAN PADA GEMPA!!

"MAMPUS!!!" Bangkit dari tiduran dan beralih duduk tegap. Penampilannya terlihat sedikit acak acakan. 

"Kenapa wei?!!!" Taufan ikutan kaget.

Panik beneran, ia menoleh dengan pandangan meminta bantuan. "Gue belum persiapan.." 

Tidak-! Sekiranya sekarang ia harus menulis apa yang ingin dikatakan pada Gempa agar ia tak mengatakan sesuatu yang konyol dan hanya akan buatnya malu sendiri- 

"Persiapan apa?" Taufan sedikit mencondongkan diri. Ingin mendekat. "Cookies mu sudah jadi kan?" Berbisik.

"Tentu saja sudah!..," Sempat meneguk ludah sesaat. "Tapi bukan itu!.. Nanti bilang apa ke Gempa?.." Sama berujar lirih sambil menyerngit.

"Ya.. bilang saja apa yang ingin kau katakan padanya- sebentar! kau ini mau nembak dia juga atau gimana?.."

"Ne-nembak?!" Balik bertanya dengan rona merah di pipi.

"Lu mau jadi pacarnya atau gimana-"

"Pe-permisi!!"

Hali dan Taufan menoleh bersamaan keasal suara yang ternyata dari depan. 

Terlihat seorang gadis yang tak mereka kenal, tampak gugup malu malu dengan membawa tas kertas berukuran kecil di kedua tangan. "Kak Hali-" Perkataannya mendadak tertahan. 

"Kak?.." Alis Hali berkerut heran begitu mendengar panggilan tersebut.

Apa ini adik kelas? "Kenapa?.." Bertanya akan maksud kedatangannya kemari. 

Dan juga- dia ini siapa?..

Gadis itu menyerahkan tas padanya. "Ini buat kakak!" Menyodorkannya dengan wajah merona juga mata terpejam. Terlihat sekali ia mengumpulkan nyali untuk mengatakan itu-

Taufan yang ditempatnya pun langsung melongo begitu menyadari apa yang dimaksud. 

Ada yang memberi Hali coklat?? Sepagi ini-

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now