24

324 47 7
                                    

"Perkenalkan pak, Saya Ice. Kapten putra RBC angkatan ke 24, kelas 3. Maaf atas keterlambatannya karena saya sempat tersesat saat hendak kemari.." ujar Ice sedikit membungkuk untuk meyakinkan bahwa ia menyesali perbuatannya pada coach SBC.

Begitu tiba, ia langsung menghampiri pelatih asing tersebut dan meminta maaf. Agar ia dapat terhindar dari amukan coachnya sendiri.

"Tidak masalah! Kau tidak terlambat terlalu lama!" Ujar pelatih itu dengan santai. Mengundang helaan nafas lega bagi Ice.

"Kalau pergi sebaiknya ijin dulu!!" Ungkap pelatih sekolahnya sendiri. Dari nadanya, pria tua itu seperti tengah kesal akan kelakuannya.

"Maaf pak!"

"Hali, akhirnya kau datang juga!.." Suara coach tuan rumah menarik perhatiannya.

Pelatih lawan itu memanggil satu seorang lagi yang tengah berdiri tak jauh darinya. Hendak melangkah menjauh namun lebih dulu tertangkap basah. Membuat langkahnya spontan terhenti.

"Ah ya, pak! Tadi gadis itu yang mengantarkan saya kesini!" Jelas Ice kembali. "Dia anak basket ya?"

"Iya" pelatih itu juga mengangguk untuk menguatkan jawabannya. "Hali, perkenalkan dirimu pada tamu kita! Blaze sudah perkenalan tadi!"

Ice menarik senyum tipis begitu sadar akan tingkah ogah ogahan gadis kuncir kuda itu untuk kembali mendekat. Meski itu tak berlangsung lama, karena sepertinya sadar akan kehadiran orang tua yang baru kali ini ditemuinya. a.ka coach sekolahnya.

Gadis itu sempat menarik nafas sebentar sebelum berbicara. "Saya Hali. Kapten basket putri SBC angkatan 11, kelas 2.." ujarnya sopan dan sedikit membungkuk sebentar sebagai salam. Mengenalkan diri pada dua orang dihadapan yang tak dikenalnya. Termasuk dirinya.

"Aa.. kalau ini, saya juga tau! Pertandingan tim putri waktu itu juga sangat menarik!" Coach RBC itu kembali mengingat pertandingan DBL putri sembari mengangguk pelan."Sayang sekali saya tidak bisa membawa tim putri datang kemari karena sebagian dari mereka ada urusan di sekolah.."

"Ya. Tidak apa apa pak!"

Merasa pandangan sang pelatihnya kembali mengarah padanya, buatnya agak kaget "Sebaiknya kau langsung ikut yang lain untuk segera pemanasan!"

"Baik" Hanya itu yang bisa Ice katakan, sekaligus bentuk ijin untuk beranjak pergi.

Sebelum beranjak terlalu jauh, ia sempat melirik gadis itu lagi untuk sekilas.

Netra rendah itu memandangnya penuh meski hanya persekian detik, sebelum benar teralih sepenuhnya pada kawan kawannya yang kini hendak mencecari dengan berbagai pertanyaan akan perbuatannya kali ini.

"Semuanya! Pemanasan selama sepuluh menit!!"

.
.
.

"Kau mengenalnya?" Tanya Rue begitu Hali melangkah mendekatinya dengan maksud ikut duduk.

Hali memandang kawannya tersebut.

Rue.

Akhirnya Hali mengingat namanya setelah sekian lama. Mengingat keberadaannya yang penting bagi tim.

"Ya.. dia baru memperkenalkan dirinya ke pelatih tadi.." ujar Hali tau tau harus berkata apa. Meletakkan tas dan mendaratkan diri pada kursi yang juga mengundang rasa lega baginya.

"Bukan itu maksudku! Kalian datang bersamaan-!" 

"Itu kebetulan!.." Hali memincing matanya tajam. Tanpa sadar mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.
___________

"Hei, kau sekolah disini? Bisa antarkan aku ke lapangan indoor?"

"Kau-!.. Bagaimana kau bisa disini?!" Tanya Hali tak percaya.

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang