28

315 57 4
                                    

"Kau udah baikan?!"

Gempa yang baru masuk kedalam kelas, sedikit terkejut dengan lontaran salah satu kawannya. "Ya. Udah mendingan" jawab Gempa sembari tersenyum. Tanda bahwa ia sudah jauh lebih baik.

Hendak menuju bangku yang diinginkan, ia lebih dulu dihampiri beberapa teman sekelas //perempuan// yang berada tak begitu jauh.

"Kau sudah sembuh?"  "Akhirnya kau bisa masuk lagi, Gempa!"  "Syukurlah! Sebenarnya aku ingin menjengukmu kemarin!"

Agak kaget karena seperti diserbu, Gempa yang telah duduk, sedikit mendongakkan wajah. Menatap 3 orang dan berujar santai. "Sudah. Ini hanya demam biasa"

"Tapi setidaknya biarkan kami menjenguk!"  "Benar benar!!" Ujar para gadis seolah menuntut keadilan.

"Aku takut kalau menular!"

"Benar juga sih.." "Sudahlah! Yang penting Gempa sembuh!" "Benar benar! Lain kali jaga diri!"

"Ya. Terimakasih!" Gempa mengulur senyum senang yang sepertinya membuat para gadis itu klepek klepek.

Tak tahan dengan serangan langsung tersebut, mereka bersamaan pamit untuk kembali ke bangku mereka dengan suasana hati berbunga bunga. Pastinya setelah memberikan manisan, karena sebelumnya mereka berencana untuk memberi itu saat akan menjenguk, namun gagal dan memilih memberikannya hari ini.

Lelaki yang telah lebih dulu duduk disamping Gempa hanya melirik kawannya ini.  "Apa kau tidak terlalu terbuka pada mereka?" Tanyanya lebih kearah penasaran.

"Apanya?" Gempa menoleh, memandang kawan satu ekskulnya tersebut.

"Mereka bisa salah mengira perlakuanmu lho! Perempuan bisa menganggap spesial perlakuan lelaki yang sebenarnya hanya formalitas saja.." 

Gempa terdiam mendengarnya. Seolah sedang mencerna perkataan yang terdengar membingungkan. "Bukannya ini juga formalitas?"

"Kau terlalu baik pada mereka, Gempa!"

"Terlalu baik?"

"Setidaknya bersikaplah seperti itu pada gadis yang kau sukai saja!"

"Yang lainnya?"

"Biarin aja!"

"Di cuekin?.."

"Ya, kurang lebih seperti itu!"

"Padahal kau masih terima terima saja kalau ada yang menembakmu padahal kau sudah punya pacar!" Balas Gempa skakmat, dibarengi dengan tawa pelannya untuk meringankan arah pembicaraan ini.

Membuat kawannya itu mendelik kaget "Itu beda persoalan!! Shhhtt!!!" Meminta Gempa agar tak mengungkit persoalan ini lebih lanjut.

.
.
.

Hali mengusap hidungnya yang gatal setelah sempat bersin untuk beberapa saat.

Pelajaran ini terasa sebatas angin lalu baginya. Ia tak dapat konsen sama sekali. Entah kenapa tubuhnya terasa begitu capek padahal hari masih tergolong pagi.

Bukannya kemarin ia nggak ngapa-ngapain?

"Kau nggak enak badan ya?" Tanya Taufan pada akhirnya, saat jam istirahat pertama baru saja dimulai dan guru mereka telah keluar dari ruangan.

Sebenarnya gadis itu sudah menyadari gelagat aneh kawannya mulai dia tiba di sekolah.

"Entahlah.." Hali bangkit sembari membawa tasnya. "Ayo ke kelas selanjutnya. Disini dingin banget! Kenapa pagi pagi gini malah pake AC?.." Langkah kakinya terlihat tak memungkinkan. Meski begitu ia tetap melangkah keluar kelas.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now