23

318 48 4
                                    

Seorang laki laki baru saja keluar dari toilet yang berada di dekat tangga penghubung lantai dua. Menghela nafas lega dirasa telah menyelesaikan urusannya didalam sana.

Mengusap surai sejenak sembari mengalihkan pandang pada kanan kiri. Melihat keadaan dan ia hanya mendapati tempat dan beberapa murid penghuni asli yang tampak asing baginya.

Nggak kenal soalnya.

Sepertinya ia pergi cukup jauh dari tempat semula. Namun tadi ia sempat melihat kawan kawannya melangkah ke arah kanan.

Jadi, ia hanya perlu pergi ke arah yang sama kan?

Anak itu melangkahkan kaki menjauh dari kamar mandi dirasa ia tak mau diam terlalu lama. Mengikuti firasat. Setidaknya ia tak begitu bodoh untuk sampai buta arah.

Ini mungkin akan memakan waktu, tapi setidaknya, nama kelas yang terukir pada papan kayu berukuran sedang, tergantung di atas pintu, akan membantu bila semua ruang memilikinya.

Dan sebaiknya ia segera menemukan lapangan itu dengan cepat. Atau tidak, pelatih akan memarahinya.

Berjalan menyusuri lorong dihadapan, tak lupa memastikan nama tiap ruang yang ada. Sesekali ia memandang sekeliling karena tak khayal tempat baru ini cukup menarik perhatiannya.

Sebenarnya akan lebih bagus lagi bila ia meminta bantuan, namun entah kenapa ia malas melakukannya.

Manik birunya tanpa sadar melirik para gadis yang seketika kaget karena tertangkap basah memandangnya. Sepertinya mereka baru selesai dari suatu kelas.

Dua gadis itu dibuat salah tingkah sendiri dan mempercepat langkah agar segera melewatinya.

'Apa mereka tau bahwa aku bukan murid sini?'

Tak menghiraukan itu terlalu lama, ia kembali fokus ke depan. Sembari memasukkan kedua tangan dalam saku jaket.

SBC dari sekolah S.

Ya. Dia mengingatnya.

Mereka sempat bertemu di perempat final beberapa bulan lalu..

Bukan lawan yang sulit.. namun juga bukan lawan yang mudah saat keduanya bertemu di perempat final.

"Kaptennya berisik.." gumamnya pelan saat kembali mengingat pertandingan waktu itu.

Sekolah itu memang cukup menarik perhatian setelah tau tau muncul dan masuk empat besar.

Tak hanya tim putra, beberapa minggu kemudian tim putri mereka juga melakukan hal serupa dan melawan tim sekolahnya pula.

Seolah sudah tergaris takdir.

Meski ujung ujungnya kalah, namun harus ia akui kalau mereka lumayan juga-

Lamunannya terpecah saat netranya tanpa sadar bertemu dengan sosok gadis yang tengah berdiri dengan jarak beberapa meter darinya. Terdiam dihadapan. Memandang kaget seolah terkejut akan kehadirannya dengan mata terbelalak. Seolah tengah melihat hantu.

Membuat langkahnya perlahan terhenti. Balik memandang dengan heran.

Gadis itu.. dia terlihat familiar..

Surai panjang yang terikat tinggi..

Dan manik merah darah..

Aa! Dia ingat!

"Si kuncir kuda.." Ujar Ice sebagai awalan pertemuan mereka ini.

Gadis jutek yang ditemuinya dilapangan waktu itu.

Jadi gadis itu sekolah disini?

"K-kau-!?.." tudingnya terbata bata. Gadis itu sepertinya terlalu kaget untuk melihatnya sekali lagi.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now