26

307 50 9
                                    

"Perkenalkan! Namaku Hali. Kapten putri SBC..

.. Aku akan mengalahkan tim putri kalian tahun depan!"

..  tim putri kalian..

.. tahun depan!..

.
.
.

Lampu jalanan mulai dinyalakan dirasa senja hendak berganti malam beberapa saat lagi. Langit kini bergradasi jingga keunguan yang juga mulai menampakkan benda langit bersinar yang tampak kecil dari sini, satu persatu.

Hali kembali melanjutkan langkah sejak berpisah dengan temannya setelah keluar melewati gerbang sekolah.

Berjalan pulang sembari meransel tas di pundak kanan dirasa bawaannya tak terlalu berat.

Manik merah itu sempat tak terlihat karena sibuk menunduk memandang jalanan dan terhalang poni dan beberapa helai rambut keluar dari ikatan. Surainya sedikit berantakan, namun memilih membiarkannya saja. Toh ia sekarang ini dalam perjalanan pulang.

Hanya ada diam disela langkahnya.

Karena ia sibuk meruntuki sendiri akan perbuatan bodoh yang telah ia lakukan tadi.

Pengenalan tadi..

Hali malu sendiri mengingatnya!

Apa apaan pengenalan itu tadi?!

Sampai harus pengenalan didepan banyak orang seperti itu?! Emangnya dia siapa? Superhero?!

Di depan tim putra lagi!! Kedengarannya jadi halu banget setelah tim mereka kalah 2-0!!

Itu semua karena ia kesulut egonya sendiri. Padahal dulu sepertinya ia tak sebodoh itu!!

"Malu banget!.." gumam Hali sengsara. Meremas surainya gemas, membuatnya makin berantakan lagi.

Kejadian itu terus berputar di kepala yang lama lama bisa membuatnya mati karena terlalu malu.

"Pingin menghilang dari bumi.." Hali depresi sendiri dibuatnya. Setengah nyawanya melayang entah kemana dan kini gadis itu terlihat seperti mayat hidup.

Namun untung saja setelah itu, Blaze ikut ikutan berkata bahwa timnya akan membalas kekalahan ini saat turnamen bulan Januari nanti. Bersemangat.

Jadi dia nggak harus menanggung rasa 'malu' itu sendiri!

Dia harus berterimakasih pada anak itu!

Mendengar suara bola yang memantul beberapa kali di samping kiri, membuat Hali spontan menoleh.

Ia baru sadar bahwa ia telah sampai di lapangan umum. Cepat juga ia jalannya. Hampir setengah perjalanan menuju rumah.

Dari pintu masuk, ia bisa melihat seorang pria mendribble bola beberapa kali dan melompat di tempatnya berpijak. Persekian detik di udara, kedua tangannya mendorong bola karet ditangan. Mulai menembak.

Bola itu melambung dan masuk kedalam ring dengan sempurna. Menimbulkan suara halus dari gemerisik tali keranjang, bola itu tak sedikitpun menyentuh papan ataupun ring besi. Mencetak poin tiga angka karena orang itu menembak dari tengah lapangan.

Tembakan yang sangat memanjakan mata. Luwes seolah orang itu telah melakukan hal yang sama selama ribuan kali.

Melihat sesuatu tentang basket, selalu membuatnya tertarik.

Hali tanpa sadar masuk ke area lapangan tersebut.

Berniat untuk melihat sebentar sebelum pulang// dia tak bisa latihan disini, karena tak membawa bola. Bilapun ia kerumah untuk mengambil bola dan kembali kemari, ia yakin sekali ibunya takkan mengijinkannya masuk sampai besok pagi//. Orang yang tengah mendapatkan bolanya kembali  itupun berbalik. Seolah sadar ia tak lagi sendirian.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now