7

475 60 3
                                    

"Lu dispen habis ini?" Tanya Taufan setelah melahap nasi dari menu set miliknya.

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 15 menit lalu. Dan kantin tetap padat seperti biasa. Namun untung keduanya dapat menemukan bangku kosong.

"Yap! Latihan intensif.." Jawab Hali yang kemudian menyeruput isi kotak sari apel miliknya.

"Kau dispen saat pelajaran fisika, dunia benar benar tidak adil!" Taufan berujar dongkol. Pelajaran yang selalu membuatnya senam jantung dengan tanya jawab estafet nya.

"Iri ya? Kasian. Dan lagi, minggu kemaren kau habis dimarahin dan harus duduk didepan hari ini"

"Mengapa lu ingetin lagi dah?!"

"Hahahaha.."

"Jadi.. habis ini langsung cabut?"

"Pamitan sama gurunya dulu lah.." merujuk pada bahwa Hali harus memberikan surat dispen ke guru yang bersangkutan.

Biar dia nggak dikira bolos..

"Gue pingin ikut woi!"

"Selamat belajar kawan.."

.
.
.

Gadis itu mengatur kembali tataan rambutnya yang sempat berantakan. Menguncir ulang.

Hali mendapatkan bangku paling belakang, sedangkan Taufan harus duduk di depan hari ini.

Ya.. mau dimanapun ia duduk sebenarnya tidak masalah sih..

Sebentar lagi dia juga bakal cabut dari kelas.

Mantap sekali!

Tengah menunggu guru mata pelajaran selanjutnya datang kemari-!

Aa! Baru saja dibilangin..

"Selamat siang semuanya!"

Guru fisikanya datang memberi salam yang langsung disambut oleh para murid, kembali ke tempat duduk mereka.

"Siang bu.." ujar para murid serentak.

Hali yang tengah membalas salam gurunya dengan malas, tiba tiba disadarkan oleh ponsel pintarnya di saku. Benda itu bergetar pelan.

Notifikasi dari grup ekskul..

"Kita lanjutkan pertemuan kita sebelumnya.."

Tanpa membuka pesan tersebut, dia sudah tau apa yang harus dilakukan..

Dia menjinjing tasnya, bangkit dari bangku.

Mengundang perhatian yang lain namun ia tak peduli.

Karena dia ada surat ijin yang bisa membuatnya melewati kelas hari ini.

Kelihatannya ia berhasil menarik perhatian gurunya karena ini. Sebelum bertanya, Hali berujar terlebih dahulu.

"Bu! Saya ijin dispen buat latihan turnamen.." ujar Hali menyerahkan sebuah surat kecil dihadapan guru senior tersebut.

Dibacanya secara sekilas dan sesekali memincingkan mata, tulisan pada kerta tersebut memang terlihat cukup kecil untuk penderita rabun.

"Turnamen itu ya?.. yaudah! Semoga sukses!"

"Terimakasih bu!"

Hali mengecup pelan punggung tangan gurunya, dengan santun. Tak lagi berpenampakan gadis sombong seperti biasanya.

Kemudian berlalu keluar, dia sempat melihat beberapa temannya yang iri karena bisa lolos pelajaran mengerikan ini.

Hali menyeringai senang pada Taufan yang hanya bisa gigit buku di depan.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now