4

451 61 1
                                    

"Penggunaan metafora biasanya terdapat pada.."

Hali menompang dagunya malas, pandangannya kedepan namun hampa.
Sedikit mengantuk. Pelajaran bahasa adalah pelajaran yang paling membosankan untuknya.

Sialnya lagi, ia mendapat bangku paling depan karena datang terakhir. Depan pojok. Depan guru! Sedangkan Taufan lebih dulu mendapat satu bangku paling belakang. Kurang ajar emang! Makanya dia langsung bergegas masuk meninggalkannya begitu hampir sampai kelas.

Manik merahnya tak kuat lagi. Ini gawat! Dirinya ngantuk parah padahal di depan begini!

Hali segera mengangkat tangannya perlahan. Cukup mengundang perhatian seisi kelas.

"Ya, Hali? Ada yang ingin di tanyakan?" Tanya guru perempuan berusia kepala tiga tersebut

"Saya ijin ke kamar mandi bu.."

"Baiklah! Tapi jangan lewatkan pelajaran ibu lagi seperti kemarin! 5 menit!" Ujar guru itu memperingatkannya.

"Siap bu!" Jawab Hali enteng sembari bangkit dari kursinya. Matanya seketika melek, tak lagi mengantuk dan berjalan keluar ruangan.

Melewati pintu dan berbelok ke samping kanan. Menuju toilet.

Toilet terdekat berada di samping kelas seni. Pada pertengahan tangga penghubung.

Namun ia tak ingin kesana..

Tujuannya adalah pada toilet dekat kantin.

Dia ingin membeli sekotak kopi susu di kantin sana setelah ia membasuh wajahnya nanti.

Hali baru sadar bahwa untuk ke toilet seberang membuatnya harus melewati kelas matematika untuk rute tercepat.

Memasukkan kedua tangan pada saku rok yang ia gunakan. Melangkah pelan sembari melirik kelas lewat jendela dari sudut mata.

Mencari sang ketua osis tentu saja!

"Diajar sama si guru duda itu ya?" Gumam Hali pelan menyadari siapa yang mengajar di kelas Gempa. Dengan kurang ajarnya. Hali tak terlalu menyukainya entah kenapa.

Manik merahnya menyusuri kelas dengan cepat..

Itu dia!

Hali menemukan sang ketua tengah fokus memperhatikan penjelasan pada papan tulis.

"Ganteng banget.." batin Hali

Wajah stoic datarnya merona perlahan. Tanpa menghentikan langkah, Hali berlalu begitu ia tak bisa melihat pria itu lagi dari jendela.

Sangat disayangkan. Bila dia memandangnya terlalu lama, bisa bisa ia mengundang perhatian banyak orang dan juga Gempa..

Dia tidak mau di cap aneh aneh! Tak boleh ada satupun yang tau bahwa ia menyukai lelaki itu termasuk Gempa sendiri.

Mau taruh dimana nanti mukanya bila lelaki itu sampai tau?

"Ciee~" ujar seseorang di telinganya dengan tiba tiba.

"BANGSA**!! Kaget anjiir!!" Hali berbalik dongkol sembari menutup telinga kirinya. Sang pelaku hanya tertawa lebar tanpa dosa. Tak menyesali perbuatannya sama sekali.

"Ini alasanmu keluar wahai Hali sang primadona sekolah?"

"Jijik anjir! Nggak usah panggil gue gitu!"

"Jijik jijik tapi lu seneng kan?!"

"Kagak!"

"Munafik anjir!"

"Lu ngajak ribut?!"

"Hali!! Taufan!!"

Sontak menoleh begitu suara berat mengertak keduanya. Tanpa sadar membuat keduanya membatu di tempat begitu sadar siapa yang memarahi mereka.

"Kalian menganggu kelas saya!" Guru matematika yang berada di kelas Gempa berujar tak senang. Kegiatan mengajarnya terganggu.

"Ma.. maaf pak.." Taufan mencicit pelan. Agak ngeri.

"Kalian kelas apa sekarang?"

"Bahasa pak.." kini Hali ikut menjawab.

Dan ternyata hal ini mengundang perhatian kelas yang diajarnya. Beberapa murid mengintipnya juga Taufan yang sedikit diceramahi oleh guru muda killer ini.

Parahnya lagi, Hali sempat sadar bahwa Gempa juga ikut melihatnya.

Melihatnyaa!!!

Jantungnya melencos begitu saja, namun bukan hal yang bagus. Rasa malu dan ingin kabur seketika menghantuinya.

"Kami mau ke toilet bentar pak, habis itu balik ke kelas! Maaf udah ganggu pelajaran bapak!!" Taufan beberapa kali membungkuk memohon maaf.

Sadar temannya hanya diam saja, Taufan mendorong kepala Hali. Di dorong ke bawah, menunduk bersamanya.

"Segera kembali setelah ini!"

"Baik pak!" Jawab Taufan lagi dan lagi lagi Hali hanya diam.

Guru tersebut kembali masuk ke kelas dan melanjutkan kegiatannya.

Taufan mengangkat kepalanya setelah menunduk lama. Diikuti dengan Hali secara perlahan.

Seolah jiwanya melayang. Hali membatu di tempat. Dirundung rasa malu. Mengapa lelaki itu melihatnya dimarahi guru seperti ini?

Nggak keren sama sekali! Lelaki itu akan beranggapan bahwa ia adalah siswi nakal tak taat aturan.

Dengan kata lain citranya dimata lelaki itu telah jatuh!

"Tidaak.." gumam Hali ingin menangis.

"Sampai kapan kita disini anjir! Buruan pergi!" Taufan menarik tangan Hali, membawanya pergi dari kelas matematika.

.
.
.

"Dah laah.." gumam Hali mengsedih sembari menyesap pelan kotak kopi susu yang dibelinya. Bersandar di samping salah satu vending machine. Menggigit ujung sedotan hingga tak berbentuk karena merana.

"Napa lagi lu?!" Tanya Taufan kesel disampingnya. Sudah 5 menit temannya merana seperti ini tanpa ia tau sebabnya. Ia udah keburu dongkol karena dimarahi guru muda tadi.

.
.
.

Jangan lupa RnV nya ya! Thanks!

Don't Notice Me!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant