13

372 59 6
                                    

"16,64 detik!"

Taufan menarik nafas dengan cepat, terengah engah setelah kakinya berhenti melangkah melewati garis finish. Terdiam sedikit membungkuk. Menguatkan diri untuk tetap berdiri dengan menyentuh kedua lututnya. Mulai kelelahan.

"Ya! Kita bisa istirahat selama 15 menit. Setelah itu kalian kembali lagi ke lapangan!"

"Baiikk.."

.
.
.

Menghela nafas lega dengan keringat bercucuran. Taufan melangkahkan kaki menyusuri lorong. Sedikit membenarkan kunciran rambutnya yang sempat merusut. Rambut panjang gelombang yang biasa ia urai, kini terikat tinggi. Agar tak menganggunya latihan.

Karena keringat yang terus mengalir, ia kini menggulung rambutnya asal asalan. Membentuk cepol. Sebisa mungkin sehelai rambut tak mengenai tengkuk lehernya.

Tergerak hati untuk ke kantin dan membeli minuman dingin dan camilan disana bila masih buka. Meski sedikit ragu karena bel pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu.

Dia mulai kelaparan. Otot kaki yang dipaksa bergerak terus menerus kini panas layaknya tertampar berulang kali. Meski begitu, ia tak yakin bakal pulang cepat hari ini.

Melewati lapangan indoor dan membuatnya tanpa sadar mengintip akan apa yang dibaliknya dari jendela pintu.

Hingga seseorang yang cukup menarik perhatiannya membuat secara total berhenti melangkah.

"Hitungannya yang keras!!" Perintah Hali cukup mengelegar hingga bisa didengar seluruh penghuni ruangan. Memerintah agar bersua lebih keras dalam pemanasan hari ini.

"1!... 2!!.."

Klub itu kelihatannya baru akan mulai.

Klub basket putri kelihatannya kembali beraktivitas setelah libur sehari.

"Keliling lapangan 3 kali!! Mulai!!"

"Kapten diktator" gumam Taufan melihatnya.

Pasalnya, mereka barusaja selesai berlomba. Masuk empat besar lagi.

Seharusnya mereka bisa libur satu minggu atau beberapa hari setelah bertanding pada ajang cukup bergengsi tersebut. Beristirahat.

Namun temannya ini malah memerintah anggota agar kembali berlatih.

Untung dia tak ikut basket.

Taufan masuk kedalam gedung baru tersebut. Ia selalu dibuat terpukau dengan tempat ini karena baru dan tatanan yang apik. Memanjakan mata.

Makanya banyak yang suka olahraga disini. Termasuk Taufan sendiri. Selain mereka dapat berlindung dari panas, tempat ini begitu nyaman.

Tak lagi ingin menuju kantin, sebaiknya ia istirahat disini. Duduk bersandar dinding sembari melihat temannya berlatih.

Sempat memandang para anggota basket yang ada. Dan ia baru sadar bahwa klub basket putra juga berada disana. Tengah pemanasan mengelilingi lapangan seberang yang biasa digunakan voli atau badminton.

"Latihan bareng kah? Tumben.."

Taufan melihat tas Hali tak jauh dari tempatnya duduk. Bersandar paling ujung dekat keranjang bola voli dan basket.

Mendekat, membuka tas hitam merah tersebut dan mencari sesuatu didalam sana. Hingga tangan kanannya mendapatkan sebuah botol minuman.

Taufan kembali bersandar, membuka tutup botol dan meneguk isinya tanpa melepas pandang.

Lega dirasa hausnya menghilang, air itu membasahi tenggorokannya yang kering. Botol minum berisi air dingin yang tersisa separuh itu kembali ia masukkan kedalam tas.

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang