26.5 : Chapter Bonus!

388 50 5
                                    

Kelas 2-C.

"Sebelum kita memulai bab baru, ibu minta tolong kalian untuk memeriksa pekerjaan teman teman kalian!"

Hali yang tengah menompangkan dagu di telapak tangan dengan malas, spontan melirik ke arah depan. Tertarik mendengarnya.

Dengan begini, waktu pelajaran dapat berkurang sekitar 15 menit.

Kertas jawaban itu di salurkan secara estafet dari depan ke belakang. Hali yang bangkunya belakang sendiripun dengan cepat mendapatkannya. Satu kertas jawaban dari seseorang yang tak dikenalnya.

Memeriksa namanya sekali lagi, dan benar. Hali tak mengenal siapa yang punya.

Tapi satu dua kata dibawa nama itu berhasil membuat manik merah darah itu terbuka lebar.

Kelas D!

Itu kelas Gempa!

Sedetik kemudian tersadar, bahwa ia tak mendapatkan kertas jawaban punya sang ketos, membuat Hali menghela nafas panjang.

Siapa yang memeriksa punya Gempa?

Ia penasaran-!

Hali mendelik begitu menangkap suatu nama yang sangat menarik perhatiannya. Nama yang tertulis pada secarik kertas yang duduk manis pada meja kosong disampingnya, karena yang seharusnya duduk disana tengah ijin ke toilet.

Itu lembar jawaban punya Gempa!!!

Manik tajam Hali melirik kanan kiri. Melihat situasi dan merasa bahwa semua murid sibuk menfokuskan diri pada guru.

Dirasa aman dan tak ada seorangpun yang melihatnya, Hali segera mengambil kertas tersebut dan menukarkan miliknya dengan cepat.

.
.
.

Taufan yang suntuk meski pelajaran terulur beberapa menit, merasakan hawa manis dan hangat di sekitar. Ia seketika mencari sumbernya dirasa hawa tak biasa ini, terasa semakin kuat.

Dan saat ia menoleh kearah samping kanannya, Taufan terkejut saat mendapati Hali tengah tersenyum senang tanpa sebab. Sangat terlihat jelas suasana bunga bunga menguar darinya.

Tangan kirinya menangkup wajah tanpa sedikitpun merengangkan senyum yang terulur. Wajahnya merona hangat, bahkan kakinya terlihat tengah berayun senang.

Memandang penuh cinta lembar soal di tangan kanan..

Taufan bergidik ngeri di tempatnya. Sepertinya ia mulai sadar siapa yang dapat membuat Hali seperti ini.

Mengerikan!

Dia tak kenal anak itu! Anak itu bukan kawannya!

.
.
.

Kelas 2-A.

"Anak anak! Sebelum itu bantu ibu memeriksa tugas pilihan ganda teman kalian!"

Para murid sepertinya antusias karena dengan ini waktu belajar mereka berkurang. Seperti pada kelas lain, guru tersebut memberikan pilihan jawaban yang benar dan para murid diharapkan memeriksa sesuai jawaban.

Solar di tempatnya, tak berhenti menggoreskan pena pada nomer di kertas jawaban murid kelas lain yang ia dapatkan. Sebelumnya ia tak ingin banyak berkomentar hingga akhirnya sang guru memberikan jawaban terakhir.

Menuliskan jumlah salah dan nilai dari cara yang telah di tentukan sebelumnya.

"Aku tidak menyangka gadis itu bisa sebodoh ini.." Solar mengeleng pelan, tak habis pikir akan apa yang dilihatnya ini.

Jumlah jawaban yang salah bahkan lebih dari separuh.

"Otak Hali cuma ada otot jadi wajar saja.." gumam Solar remeh. Tertawa sinis.

"Kita lanjutkan punya kelas 2-B!" Ujar sang guru kemudian.

.
.

Solar memegang kepala dengan kedua tangan. Pening bukan main.

Meski tugasnya hanya memeriksa tugas saja. Ia pun dapat merasakan tekanan para guru menghadapi anak anak seperti ini.

"Aku tidak menyangka bahkan ada orang yang lebih bodoh dari Hali.." gumamnya ikut frustasi.

Hanya benar 5 dari 50 soal. Pilihan ganda pula!

"Mereka berdua benar benar cocok.." geleng Solar tak habis pikir.

"Blaze!?" Panggil sang guru untuk merekap nilai.

"Sepuluh, bu.." Solar ikut merasa tak enak hati karena ini.

.
.
.

Kelas 2-D.

"Selagi menunggu waktu istirahat, ibu minta tolong kalian untuk memeriksa pekerjaan kelas lain!"

Gempa menerima kertas yang diberikan secara bergilir padanya dan mulai bersiap untuk memeriksa.

Sang guru mulai mendikte jawaban satu demi satu secara berurutan. Hingga akhirnya waktunya penilaian.

Gempa tanpa sadar mengulur senyum saat memberikan nilai.

"Dia benar benar hebat.." ujarnya sembari memberi nilai 100 di pojok kanan atas.

Waketos sekolah ini memang hebat! Tak heran ia ikut klub olimpiade.

.
.
.

Kelas 3-1.

"Hei kalian! Kertas jawaban masih sisa 4, kalian periksa sisanya ya!" Ujar salah satu gadis yang sebelumnya membagikan lembar jawaban untuk diperiksa bersama, pada tiga orang lelaki yang duduk di bagian belakang.

"Haa? Nggak mau!.." tolak salah satu dari mereka. Namun perkataannya tak dihiraukan dan gadis itu berlalu begitu saja setelah memberikan lembar jawaban tersebut.

"Ice! Kasih ke Ice satu lagi! Dia belum dapet tuh-! Mana anaknya?!" Toleh salah satu kawan dekatnya. Kaget karena sedari tadi ia tak sadar bila temannya tak ada.

"Dia nggak ada dari tadi!"

"Dia bolos?" Tanyanya balik

"Tapi tadi tu anak juga nggak ikut ke kantin! Nggak biasanya!"

"Bentar! Tadi sebelum istirahat, itu anak tidur di lantai waktu kelas sejarah kan?" Si wakil yang kebetulan satu kelas dengannya mulai berujar.

"Iya.."

"Kagak ada yang bangunin dia?" Tanya si wakil sekali lagi.

"....."

"....."

"....."

"Lupa.."

Dan saat disamperin kawan kawannya ke kelas sejarah yang kosong pada jam ke 6, Ice masih setia tertidur di lantai dengan bantal jaket dan wajah tertutup buku cetak tipis buku sejarah. Mendengkur pelan.

.
.
.

Jangan lupa RnV nya ya! Thanks!

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now