...

332 44 14
                                    

"Gempa!"

Merasa namanya dipanggil, lelaki itu berbalik ke arah suara. Menghentikan langkah menuju kantin bersama kawan kawannya.

Dan didapatinya seorang gadis cantik bertubuh jenjang dengan surai panjang terikat tinggi dengan manik merah darah khas miliknya. Tak ada lagi pemilik netra itu di sekolah ini. Memandangnya lurus.

"Hali, ada apa?" Gempa bertanya ramah.

Meski ia merasa manik merah itu tak seperti biasanya.

Entah kenapa.

Tapi Hali terlihat tenang sekali.

"Ada apa Gem-! Uwah! Hali.." salah satu kawan Gempa berbalik begitu sadar Gempa tak lagi mengikuti langkah. Dan kaget begitu melihat seseorang lagi yang tak disangkanya.

"Hali nggak tuh?.."

"Ada masalah apa sama Gempa?.."

Kedua kawannya yang lain juga bereaksi serupa.

Kenapa kapten basket putri itu memanggil kawannya?

"Ada yang ingin kukatakan padamu!.." ujarnya dengan manik merah sempat melirik tajam kepada 3 kawan Gempa yang lain sebentar.

Tatapan itu berhasil buat tiga kawannya merinding.

Merasa ini adalah pembicaraan yang serius, Gempa berbalik kearah kawan kawannya sebentar. "Kalian duluan saja ke kantin. Nanti ku susul-"

"Tidak perlu!"

Perkataan Gempa pun terpotong oleh dua kata yang terdengar dingin itu. Balik memandang netra di hadapannya kembali.

Ini buatnya sedikit gugup.

Apa ada sesuatu yang salah?

"Lagipula aku tidak keberatan bila ada kalian.." Ujar Hali santai sembari melangkah sedikit dekat ke sisi kanan Gempa. "Ini nggak akan lama.."

Sepertinya percakapan mereka berhasil menarik perhatian beberapa murid di sekitar. Menghentikan langkah juga kegiatan, dan beralih melihat mereka untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Ada apa?.."

"Itu kapten basket putri dan ketua osis"

"Apa yang ingin mereka bicarakan?.."

"Gempa dan Hali?"

"Kedengarannya serius sekali.."

"Kak Hali cantik banget.."

Sadar bahwa mereka menarik perhatian, Gempa berfikir untuk bicara di tempat lain. Merasa tak enak. "Hali-"

Belum sempat berkata, gadis itu telah mendorong kuat badan Gempa agar bersandar pada dinding salah satu kelas. Tak sempat merintih karena punggungnya membentur dinding, Gempa dibuat terkejut begitu netranya tanpa sengaja bertemu pandang dengan manik merah cantik yang tengah menatapnya tajam. Menguncinya untuk tetap ditempat.

Tak hanya itu saja, kedua tangan Hali ikut mengurungnya agar tak kemanapun atau berpaling. Menghimpitnya ke dinding.

"WAAAHHHHHHHHH!!!!!!" Sorakan kaget para murid pun tak tercegah. Menggema.

Gempa menahan nafas begitu merasa jarak keduanya dekat sekali.

Buat wajahnya memanas tanpa dipinta. "Hali-!"

"Ketua osis, aku menyukaimu!"

Satu kalimat itu berhasil buat Gempa syok di tempat, netra kuningnya terbelalak tak percaya akan apa yang di dengarnya. Bahkan birainya tanpa sadar terbuka. Melongo.

Hali.. menyukainya?

Tak sampai disitu, lelaki itu kembali dibuat terkejut begitu merasakan helaan nafas sesaat di telinga.

Buatnya panik bukan main.

"Jadilah pacarku!" Bisik Hali di sana.

Sorakan histeris makin menggila begitu mendengarnya.

.
.
____________________

"Gempa jadi deg-degan dan akhirnya menerimamu~" Taufan cengar cengir sendiri dengan wajah merona saat mengatakan rencananya dihadapan Hali yang kini sudah seperti kepiting rebus dengan badan bergetar. Kepalanya berasap dan telinganya panas bukan main.

"Kemudian jadi berita panas sampai 3 hari kedepan!" Tambah Taufan lagi sembari menutup senyum lebarnya dengan tangan kanan. Tak berhenti menggoda Hali.

Sontak buat rona merah pekat itu makin tak tercegah. "K-KAU SUDAH GILA!!" Teriaknya kemudian membenamkan diri pada bantal ranjang miliknya yang sedari tadi digenggam. Sangat malu. "Aaaaaaaaaaaaaa..."

"Apa salahnya jadi sedikit agresif?"

.
.
.

Sedikit fanservice sebelum ke chapter selanjutnya :v

Jangan lupa RnV nya ya!

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang