47

419 39 8
                                    

"Kalau kita jadi omongan banyak orang, terus kenapa?" 

Hali benar benar tidak tau mengapa Blaze bisa jadi seperti ini. 

Jarak mereka dekat sekali. 

Kalau sampai ada murid yang ia kenal lewat, habis sudah dia!

Badan Blaze sedikit condong padanya. Kaki Hali ingin sekali mundur lagi, meski selangkah saja. Dan juga, entah mengapa Hali sedikit tak nyaman lelaki itu memandangnya lurus seperti itu. Netra merahnya bergelagat panik. 

"Ya.. kan nggak enak kalau jadi bahan omongan.." Cicit Hali mencoba menjelaskan sambil melepas kontak mata. Entah itu bisa dibilang alasan atau tidak. "Lu nggak risih?.."

"Lu nggak suka?"

Hali merasakan perubahan intonasi bicara lelaki itu. Cukup buatnya gugup.

Mencoba memandangnya kembali. Sedikit saja.

Mata lelaki itu menatap lurus dirinya. Serius.

Tak butuh waktu lama bagi Hali untuk mengalihkan pandangan sekali lagi.

Lelaki itu bukan Blaze yang ia kenal dan Hali tak terbiasa dengan itu. Ada apa dengannya?

"Hahaha.. Gimana ya.." Hali tertawa hambar. 

"Apa ada orang yang lu suka?"

Balik menatap, netra Hali spontan terbuka lebar mendengarnya. Pertanyaan yang selalu membuat jantungnya terhantam kuat dan mencekik nafas.

Tak ada yang bicara, hanya terdengar semilir angin yang menggesek ranting dan dedaunan pohon yang ada. Terkena semilir tipis tipis membuat surai mereka ikut melambai perlahan.

Lelaki itu masih diam di tempatnya. Menunggu jawaban dan tak memaksa Hali untuk segera menjawab. 

Sadar bahwa ia terlalu lama diam, kelopak mata Hali perlahan turun dirasa ia bisa mengatur diri kembali. 

"Enggak!" Balas Hali singkat.

Manik merah darah itu balik mengintimidasi Blaze, merasa bahwa pertanyaan itu terdengar lancang untuk dilontarkan kepadanya.

Sadar melihat raut wajahnya berubah, Blaze sedikit mundur untuk memberi gadis itu ruang. 

Apa dia salah bicara?

"Nggak ada.. orang yang lu suka?.." Meskipun begitu, Blaze bertanya sekali lagi. Masih tak percaya. 

"Kau berisik sekali!" Hali melenggang pergi melewatinya. Tak tertarik dengan pertanyaan yang diulang ulang itu.

Blaze masih diam di tempatnya.

Untuk sejenak, ia seperti melihat Hali setahun yang lalu. 

Dengan surai terurai sepunggung tak terikat juga netra merah yang menatap tajam. 

Sosok gadis yang dingin dan tak bersahabat.

"Aku pulang sendiri saja bila kau masih bicara yang aneh aneh!" Hali berujar sedikit santai disana. Menyadarkan lamunan Blaze.

Baru beberapa langkah, kakinya sempat terhenti dan balik memandang. Mengenggam tali bahu ransel miliknya. "Jujur saja, gue bingung semua orang menyerbuku karena yang lu lakukan tadi begitu menarik perhatian banyak orang!" Jelas Hali disana. 

Lelaki itu berbalik dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.

Menyadari bahwa ini Hali yang.. bisa ia dekati.

"Kalo ada yang pingin lu omongin, sebaiknya langsung bilang aja ke gue, Blaze!" 

.
.
.

Hali melanjutkan langkah kakinya dalam diam. Ia sudah berada di luar sekolah. 

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now