25

306 51 4
                                    

Hasil gesekan sepatu dan lantai lapangan indoor, menciptakan suara decit yang cukup memekakan telinga. Tak hanya sekali, namun itu terjadi berulang kali.

Dalam rentang waktu singkat. Dimana dua tim basket putra tengah memijak juga melangkahkan kaki.

Merebut poin demi poin dengan segala strategi yang telah diperhitungkan.

"Kirii!!" Ujar Blaze yang seolah terdengar seperti perintah meski ada seorang tim lawan tengah menjaganya.

Meyakinkan kawannya yang tengah mendribel bola dan melirik kanan kiri dengan cepat. Mencari kawan.

Blaze memang berada dalam radar dan dirasa itu memang keputusan terbaik.

Kondisi kapten makin panas. Menghiraukan keringat yang bergulir membasahi kening, semangatnya terbakar gila seiring lamanya pertandingan yang kini memasuki kuarter ketiga.

Bola itu meluncur lurus ke arahnya. Dengan cepat berlari mendekati ring. Menggocek juga melepaskan diri agar tak lagi dijaga.

Dengan kaki kanan sebagai tumpuan, ia melakukan lay up dan memasukkan bola basket ditangan, kembali menciptakan poin untuk kesekian kalinya.

"Sial! Keren banget!! Gue pingin main jugaa!!" Batin Hali meronta ronta meski raut wajahnya berujar sebaliknya. Ekspresi datar juga fokus menonton pertandingan.

Iri setengah mati!! Setelah ini dia akan main juga!! Entah dimana kalo nggak boleh disini!

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore lewat. Setelah pertandingan kedua ini selesai, akan ada evaluasi sebentar sebelum penutupan dan pulang, karena sudah pada batas waktu sekolah ditutup.

Tanpa sadar mengigit ujung ibu jari dengan gemas meski tak juga melepas pandang pada pertandingan di hadapan.

".. Kapan aku bisa latih tanding seperti tim putra? Kapan aku aku bisa latih tanding dengan tim putri RBC? Blaze, sejak kapan lu jadi cyborg gini?! Nggak capek lu lari lari mulu, huh!? Aku pingin lebih kuat juga! Aku pingin main! Aku pingin main! Aku pingin main! Aku pingin main!.." gumam Hali komat kamit

"Hali, kau membuatku takut!.." Rue berujar pelan, mencoba menyadarkan kawannya. Sadar akan hawa membunuh disekitar dan tatapan intimidasinya yang tampak mengerikan.

Sejak pertandingan dimulai sampai sekarang, hawa tak enak itu makin kental terasa.

Meski begitu, sang penasehat segera mengalihkan pandangan kembali ke pertandingan.

Ini pertandingan ke dua. Di pertandingan pertama, tim mereka kalah dengan poin 64-61. Tipis sekali.

Ia berharap lebih pada pertandingan kali ini. Berharap tim putra dapat menang, dengan berarti keduanya seri.

Bisa ia lihat Blaze juga tak ada tanda tanda yang sampai mengharuskannya diganti dengan pemain lain. Staminanya sangat bagus dan makin besar seiring berjalannya waktu.

Namun, karena itu jugalah yang membuat ketenangannya semakin lama berkurang. Permainan jadi terkesan buru buru dan membuatnya cukup sering melakukan kesalahan dan banyak celah.

Dan kondisi itu sepertinya disadari kapten RBC dengan cepat dan memberi informasi itu pada rekan se timnya dan kembali membalas dengan memanfaatkan peluang dan strategi yang ada.

Manik coklat Rue beralih pada kapten tersebut
yang sedikit terengah engah di tempatnya. Menyibakkan surainya yang basah karena keringat, ke belakang dirasa menghalau pandangan. Lalu mengikuti kemana bola itu di oper dengan awas.

Manik biru langit itu memandang tajam.

Seingatnya dari surat kabar, kapten RBC bernama Ice itu kini berada di kelas 3 dan bermain basket sejak lama.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now