32

384 43 20
                                    

.
.
.

"Aku akan mengalahkanmu! Lihat saja!!"

Gadis berkuncir itu menunding kearahnya. Manik merah itu menatapnya tajam.

"Ya.. ya.. hati hati!!" Dirinya berujar sedikit lebih keras dirasa gadis itu mulai jauh.

"Bukan urusanmu!!" Teriak gadis itu lagi dari kejauhan dan kembali melangkah dengan gusar. Terdengar sekali kakinya sengaja dihentak hentakan dengan kesal.

.. dan tanpa disadari birainya membentuk senyum juga terkekeh pelan melihat itu.

.
.
.
________________

Krriiiiinngggg!!!!!

"Saya harap kalian memikirkan masa depan kalian dengan sungguh sungguh! Bila kalian sudah mengisi, segera dikumpulkan ke ketua kelas agar bisa diberikan ke saya!" Ujar guru konseling pada seluruh penghuni kelas, yang dibarengi dengan berbunyinya bel nyaring pertanda waktu istirahat. "Sekian dari saya. Selamat siang!"

"Terimakasih bu!" "Makasih buu!"

Lelaki bernetra sama layaknya langit memandang kembali selembaran kertas ditangan, setelah sempat melamun dan disadarkan oleh deringan bel istirahat.

Memandang beberapa kata dan kolom dengan malas sebelum akhirnya sohibnya mengajak pergi. "Ice! Cabut yuk!"

Tak membalas. Ice menyudahi acara memandang pada kertas itu. Memasukkan lebaran itu ke dalam tas yang semulanya tergeletak di lantai.

"Kantin?"

"Yoi!"

.
.
.

Ice menguap sesaat disela langkahnya menuju kantin. Mendengarkan apapun yang dibicarakan ketiga kawannya. Contohnya, mengenai guru magang yang sempat mengajar di kelas saat jam ke 2, hingga santapan apa yang ingin mereka beli hari ini. Ice sesekali ikut menimpali meski seperlunya saja. Lelaki itu memang tak banyak bicara kalo lagi males jadi kawan kawannya sudah maklum dengan itu.

"Roti isi sepertinya nggak masalah! Beliin gue!" Ujar Ice pada satu kawannya "Lu punya utang ke gue!" Jelasnya lagi.

"Sial! Masih inget aja lu!"

"Sekalian beliin gue dong! Bokek nih!" Saut kawannya yang lain.

"Traktiran! Traktiran!!"

"Kagak woi-!! Hei! Tu ada pacar lu Ice!!" Alihnya cepat agar tak lagi dipalak kawan kawannya.

Dan itu berhasil. Kawan kawannya seketika menoleh kemana telunjuknya menuding. Termasuk Ice sendiri.

Dari kejauhan, terlihat seorang gadis dengan surai melewati pundak, tengah berbincang dengan dua gadis lain yang sepertinya teman sekelas di ambang pintu ruang bahasa. 

Kemudian gadis itu melambaikan tangan, berpamitan pergi dan melangkah menjauh. Membuatnya tampak semakin kecil.

"Kagak kelihatan!" Lugas Ice setelahnya. "Jangan alihkan pembicaraan! Beliin gue roti isi telur sekarang!" Ia mengeret kawannya menuju kantin.

"Dan gue nggak punya pacar!" Jelas Ice tiba tiba.

"Lha! Bukannya minggu kemaren mampir ke cafe tengah kota sama doi?! Motoran berdua!?"

"Si cewek juga update di status! Masa mau dianggurin Ice-"

"Reo mau nraktir kita semua! Ayo ke kantin!" Potong Ice cepat dan kembali menggeret leher kawannya yang bernama Reo tersebut menuju kantin. Sekaligus mencekiknya.

"Mantep!!" "Sip!!"

"KAGAK WOI-!! LEPASIN ANJ-!!"

.
.
.

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang