50

294 34 5
                                    

"..Kerja bagus kalian semua! Untuk saat ini, pakai waktu istirahat kalian sebaik mungkin! Siapapun yang menang antara sekolah F dan D nanti, itu yang akan jadi lawan kalian!.."

"Baik!.."
_______________

"Blaze mana? " Tanya pemain nomer 5 yang posisinya sebagai power forward. Meluruskan kaki di lantai dingin ruang istirahat khusus SBC. Setelah lawan mereka ditentukan nanti, mereka akan berpindah tempat ke lapangan C yang berada di paling belakang.

Jadi sebelum itu, mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat.

Mengusap wajah berkeringatnya dengan handuk. "Entahlah. Mana Blaze?" Tanya salah satu small forward pada kawan kawannya yang lain. Sama sama mengistirahatkan kaki yang telah digebor mati matian di babak 16 besar.

Lawan mereka lumayan tangguh pagi ini.

"Gue kayaknya sempat liat kak Blaze keluar!" Saut anak kelas satu.

"Kemana? "

"Kayaknya ke toilet sih.. "

"Blaze agak diem hari ini!" Ujar yang lain tiba tiba.

"Bener juga. Makanya kok ngrasa beda aja hari ini!"

"Kenapa tuh anak?!"

"Entahlah.. Kayak banyak pikiran aja tampangnya. Tapi dipertandingan tadi, ia kayak biasanya tuh!"

"Hei, kapten lu tuh sebenarnya udah diem aja mulai dua hari lalu.." Sadar sang shooting guard bersandar lelah dipojokan dengan muka tertutup handuk.

"Kenapa?"

"Masa' gegara Hali?"

".."

".."

Semua seketika menghening.

"Masuk akal.." Ungkap yang lain.

"Pelatih, kita tanding lagi jam berapa?"

"Sepertinya kisaran jam 1. Setengah jam sebelum itu, suruh Blaze untuk kembali kemari!"

"Males pelatiih!!.." Semua berujar serempak. Karena anggota basket lelaki mereka jumlahnya tak banyak dan hampir semua sempat ikut main dilapangan tadi.

"Kalian ini!.." Tapi pelatih juga tak memaksa karena pertandingan pertama mereka hari ini memang lumayan melelahkan. Belum lagi pertandingan 8 besar setelah ini dengan lawan yang lebih kuat tentu saja. Sebisa mungkin anak didiknya juga istirahat dengan cukup.

"Saya coba telpon pak.." Rekannya yang juga teman sekelasnya pun merogoh ponsel di saku celana. Baru menghubungi sang kekasih setelah ia ambil dari tas dan belum dikembalikan.

Mencari nomer telepon sang kapten dan mencoba menghubungi.

Terdengar bunyi getar dari satu loker yang tak jauh darinya. Menarik perhatian yang lain.

Pertanda orang itu tidak membawa ponsel.

"Hapenya di tinggal, pak!" Balasnya singkat. "Tenang aja pak. Pasti dia balik kok!" Mencoba menghalau resah juga sekaligus menyudahi ini karena terlalu capek.

Ia tau kaptennya itu seperti apa. Dia mementingkan basket lebih dari apapun, jadi ia yakin kawannya itu akan kembali.

"Gue minta air lagi dong!" sautnya kembali.

.
.

Di siang hari ini, mentari bersinar dengan begitu teriknya. Tanpa setitikpun noda awan di langit yang biru.

Dengan sinar yang seakan membakar punggung, Blaze membungkuk di bawah keran pancuran yang tersedia disamping gedung. Membasahi kepalanya yang panas dalam waktu yang lama.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now