19

346 59 13
                                    

Suara riuh dari lapangan terdengar hingga ke kantin yang kini tak terlalu banyak orang disana. Siang menjelang sore telah tiba, cuaca tak sepanas 2 jam lalu.

Para murid murid terbagi menjadi beberapa bagian. Sebagian besar yang masih mengikuti perlombaan berada dilapangan, sebagian lagi-karena selesai mengikuti lomba- sibuk berkutat di kelas, menyicil berbagai persiapan stand untuk hari terakhir ataupun latihan pensi. Sisanya, berada dikantin untuk mengisi perut ataupun di bagian sekolah yang lain untuk beristirahat sebentar juga menghindari kerumunan.

Murid laki laki yang juga anak kelas 2-b itu merupakan salah satu dari sebagian siswa yang menuju kantin. Lebih tepatnya pada satu mesin di dekat pintu masuk tempat favorit semua orang. Berdiri didepan vending machine minuman

Manik jingganya sedikit menyayu dan peluh keringat turun menyusuri rahang tegasnya. Pertandingan tarik tambang tadi membuatnya kelelahan. Apalagi mentari sempat bersinar terik saat ia bertanding tadi. Gerah ini membuatnya begitu haus juga ingin mandi.

Untuk keinginan yang terakhir, mungkin akan ia benaran melakukannya.

Tapi setelah mengikuti pertandingan terakhir yang sekaligus babak final nanti.

Memasukkan satu lembar uang pas lalu menekan tombol dimana minuman yang ia inginkan berada.

Mungkin ini keberuntungannya, melihat minuman kesukaannya itu hanya tersisa satu.

Menunggu prosesnya sebentar, sebelum minumannya perlahan terdorong maju dan jatuh. Menciptakan suara yang cukup memekakan telinga.

Setelah mengambil kaleng tersebut dan hendak membuka tutup kaleng, ia merasakan seseorang mendekat kearahnya dari arah lorong.

Ia sangat mengenalnya. Dan karena itu ia tanpa sadar berhenti dan memilih memandang gadis yang sepertinya bermaksud menuju vending machine.

"Blaze?" Ujarnya yang mungkin saja terdengar seperti.. sapaan(?) Setelah berhenti di depannya.

"A-! Hali!?.. mau-" 

Tak melanjutkan perkataan, Blaze menuding vending machine dengan ibu jari untuk memperjelas maksudnya.

Hali yang melihat itu pun mengerti dan mengangguk pelan. Mendekati mesin itu yang juga sekaligus berdiri disamping Blaze.

Manik jingganya tanpa sadar memandang si kapten basket putri. Melirik sembari membuka tutup kaleng yang sebelumnya sempat tertunda.

"Minumannya habis!" Ujar Hali tersadar. Suaranya terdengar sedikit menggerutu.

Minumannya habis?

Blaze seketika melihat botol kaleng miliknya di tangan. Dan seketika mengerti maksudnya.

"Gue yang ambil barusan-!" Perkataan Blaze sempat terhenti begitu sadar manik merah itu memandangnya. "A-ambilah! Gue baru membukanya!" Lanjut Blaze sembari menyodorkan kaleng minuman ditangan yang belum ia teguk isinya sedikitpun.

Sekaligus berusaha bersikap santai dirasa wajahnya sedikit menghangat entah kenapa.

"Nggak perlu. Aku akan beli yang lain saja!" Hali beralih pada mesin minuman itu kembali dan menekan beberapa tombol. Blaze ikut memandang. Tak menghiraukan minumannya kembali.

"Sekarang lomba apa?" Tanya Hali tanpa melepas pandang pada per yang berada di bagian belakang kaleng, bergerak mendorong minuman yang ia inginkan dengan perlahan. "Aku dari tadi dikelas.." tambahnya lagi.

"Tarik tambang"

"Kelasmu menang?" 

"Belum. Setelah ini final"

Don't Notice Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang