49

229 32 5
                                    

".. Saat aku menang pertandingan nanti, akan kusampaikan perasaan ini padamu.."

"Kelamaan!!" 

Gebrakan meja dari Taufan seketika mengejutkan Hali di bangkunya. 

Tak hanya mengejutkan satu orang saja. Semua pandangan seketika tertuju pada mereka berdua yang kebetulan berada di tempat umum.

Sadar jadi pusat perhatian, Taufan membungkuk beberapa kali untuk minta maaf ke para pengunjung cafe dan kembali duduk ketempatnya dengan perlahan. 

"Makan tuh!" Ejek Hali pelan. 

"Lha! lu ngeselin banget sih!! Sok sok an banget mau nembak kalo menang!"

"Biar keren dikit gitu.." Cibir Hali ikutan malu. Rasanya seperti bukan dia banget. "Gue kan cuma bisa basket aja.. "

"Hei! Waktu itu gue udah kasih pilihan yang bagus, tapi lu nolak gitu aja. Padahal persentase jadian kalo lakuin ini tuh tinggi banget!"

"Apa itu?"

Taufan mengebrak meja kembali karena antusias dengan tangan kanan. Tentu tak sekeras tadi. Mulai bersemangat. "Valentine!" 

Dan gadis biru itu hanya mendapati tatapan datar teman merahnya. Mulai kesal melihat tak ada reaksi apapun.

"Aku tidak yakin.. " Hali melirik kearah lain dan lanjut menyeruput es honey lime nya melalui sedotan. Menyegarkan tenggorokan sebentar di hari yang panas ini. "Aku tidak bisa memasak!"

"Ini tidak sulit" Taufan tak menyerah. Entah mengapa ia ingin sekali memaksa teman membosankan ini. "Gue bisa ajarin kalo lu mau!"

"Kenapa tampangmu begitu? Segitu tidak sukanya lu sama valentine?" Tampang tak enak Hali benar benar menganggunya.

Ada jeda sebentar. Angannya jauh berfikir tak ada di tempat. Hali berganti menompang dagu dengan malas menggunakan tangan kanannya. "Entahlah.. Aku hanya punya beberapa pengalaman aneh di hari itu.. " 

Ya. Pengalaman aneh itu bahkan sudah terjadi saat ia SMP. Semakin di ingat, semakin aneh rasanya hingga mampu buatnya bergidik geli. "Jadi aku tidak begitu antusias melakukannya.. " Ia kembali memandang Taufan.

"Yang mana? Dapat coklat dan pengakuan dari cewek?" Tuding Taufan mencoba menebak.

"Itu salah satunya. Aku dapat banyak coklat tahun lalu, dan butuh waktu dua bulan untuk menghabiskannya tanpa membuat berat badanku naik drastis. Aku juga pernah dapat coklat berisi jarum dan rambut.." Hali berujar sedikit berfikir. Membuka ingatan lama.

"Yang terakhir kok ngeri? Kapan itu?" Ikut bergidik mendengarnya.

"Waktu SMP"

"Tapi kali ini kau yang memberikan coklat. Bukan menerima coklat. Gempa juga pasti akan menerima coklat darimu bila kau melakukannya!" Gadis manik sapphire itu mencoba terus membujuk.

"Yang benar?" 

"Kalian pernah sekelas dan bicara beberapa kali kan? Kau itu tidak asing bagi Gempa!"

Hali berdehem pelan seakan berujar bila ia mengerti maksud Taufan walaupun matanya berkata sebaliknya. Pandangan malas itu seakan tak percaya semua bujuk rayu dari netra biru yang berkilat itu. 

Tangannya yang bebas mengaduk minuman yang hanya tinggal es batu dan dua iris lemon. "Setelah aku memberikan coklat buatanku, terus apa?" 

"Tembak dia!"

"Mati dong!"

"Berhentilah bercanda sebelum aku mulai menabokmu!"

Dan Hali membalas dengan tawa singkat yang terdengar menyebalkan di telinga.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now