39

330 32 7
                                    

"Ho.. anak klub buku ternyata.."

Satu gadis yang tengah berdiri di taman samping -seolah tengah menunggu seseorang- itu menoleh dirasa perkataan tersebut ditujukan untuknya. Netranya terbuka, terlihat terkejut akan kedatangan seseorang.

"Kaget? Kau kira Gempa yang akan kemari, begitu?" Hali menaikkan sebelah alisnya keheranan setelah menghentikan langkah.

Mengeluarkan sesuatu dari saku roknya yang ternyata adalah sebuah amplop.

Mengangkat diudara hanya untuk sekedar menunjukan benda tersebut dirasa gadis didepan itu pemiliknya.

"Ba-bagaimana itu-bisa ditanganmu-" Tanyanya gelagapan.

"Bisa saja! Aku mengambilnya setelah kau pergi!" Ujar Hali santai membolak balikkan amplop.

Lalu beralih memandang gadis itu dari atas ke bawah.

Dan mendengus geli.

Hali membuka amplop untuk melihat isinya.

Satu kertas dengan tulisan rapi disana.

Membaca cepat dirasa isinya kebanyakan, hingga kemudian satu kalimat terakhir menarik perhatian.

".. Ada suatu hal penting yang ingin ku ungkapkan padamu. Aku akan menunggu di taman samping.." Ulang Hali lalu memandang sang pemilik surat dihadapan dengan raut datar. "Setelah pulang sekolah.."

Memandangnya kembali. Sudut birainya menarik sebuah seringai remeh. "Besar juga nyalimu! Mau nyatain perasaan ke Gempa kah?.. Yang benar saja.."

Tanpa peringatan, disobeknya surat dirasa ia sudah cukup tau apa isinya. Menjadi potongan yang lebih kecil dan membuangnya sembarangan di tanah, membiarkan beberapa potongan kecil terbang tertiup angin.

Raut gadis didepannya yang seolah akan menangis pun tak ia hiraukan. Syok juga perlakuan sinis itu begitu melukai hatinya. Terasa terinjak.

"Kuberitau sesuatu.." Hali melangkah mendekat.

Menarik kerah gadis yang kini gemetar takut untuk menipiskan jarak. Meminta untuk mendengar apa yang akan ia katakan. "Dia punyaku! Jangan coba coba mendekatinya bila kau masih ingin bersekolah dengan tenang. Mengerti?!"

.
.
.
________________

KRIIIINNGGGGG!!!!

Manik merah itu berketip beberapa kali.

Masih diam memandang langit kamar dirasa ia tiba tiba terbangun begitu saja dari tidur.

Menyudahi juga mencerna mimpi aneh barusan.

Hali mulai bangkit dari tidurnya. Duduk sembari mengumpulkan nyawa dan membiarkan surai bantalnya turun sendiri.

"Astaga.." Hali mengusap wajah dengan telapak tangan. Mencoba sadar secara penuh.

Hanya sekedar niat tapi sampai kebawa mimpi. Karena dari kemarin ia berujar hendak melabrak siapapun yang dekat dengan Gempa.

Padahal itu hanya perkataan sepintas aja. Dia tidak benar benar melakukannya. Bisa bisa orang orang tau bahwa ia suka sama Gempa dengan citra yang buruk.

Apa ini efek samping ia belajar matematika sampai tengah malam?

"Berisik.." Hali menepuk jam digitalnya. Mematikan alarm "Aku dengar tau.."

Tertera 07.56 disana.

Hali berketip dan memandang jam dengan malas. Dirasa tak ada yang salah-

Manik merahnya seketika terbuka lebar. Mendelik kaget sambil menyaut jam di meja. Melihatnya lebih jelas lagi.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now