52.5

232 33 8
                                    

Sebiru langit tanpa awan.

Dan warnanya juga mengikuti dari ada tidaknya cahaya mentari yang ia terima. Bila mentari bersinar, warna biru itu tampak terang dan sejernih laut. Dan bila mentari tenggelam, akan seperti..

.. birunya langit peralihan senja ke malam itu sendiri.

Mungkin karena baru ini keduanya bertemu tatap begitu dekat hingga gadis itu menyadari bagaimana cantiknya manik meneduhkan itu.

Ice menjauhkan diri setelah menyantap biskuit di tangan Hali. "Agak pahit!.."

Suara itu mengejutkan Hali yang sejenak tenggelam dalam lamunan. "Gi-mana rasanya?.." Bertanya begitu saja. 

Memandang Hali yang balik menatapnya. "Cukuplah untuk takaran bisa dimakan manusia!.. " Ice menjawab enteng.

"Heh-!"

"Apa kau tidak ingin memberikanku coklat?.." Ice bertompang dagu dengan lutut yang menompang siku agar wajahnya bisa berpangku di telapak tangan.

Netra malas yang malah berujar antusias. Berkebalikan sekali.

"Ti-tidak ada coklat untukmu!" Kesalnya mendadak muncul. Ia pandangi coklat milik Gempa yang kini hanya tinggal dua setengah keping- yang bahkan tak sampai setengah-. Entah kenapa merasa bersalah membiarkan Ice memakannya padahal ia buat khusus untuk Gempa. "Mengapa kau memakannyaa?!.."

Belum lagi perkataan Taufan yang tiba tiba muncul-

Hali segera mengenyahkan pikiran, waktunya tidak tepat sekali. Dia lagi patah hati sekarang, mana mungkin ini bisa terjadi begitu saja-

"Kenapa juga kau mancing mancing gitu?.." Ice membela diri. Melempar pertanyaan karena tak mau di salahkan. "Aku juga suka coklat jadi- ku makan! Apa salah?.." Mendelik bahu tak acuh.

"Aku cuma bilang bercanda doang!" Wajah Hali sontak menghangat. 

"Aku beneran nggak di kasih coklat nih?" Bertanya kecewa namun lagaknya dibuat-buat. "Kukira kita teman baik!" Kemudian tetiba rautnya berganti menyebalkan. Menarik senyum tipis yang terkesan licik. 

"Kau tidak ingin memberikan coklat itu padaku?" Lelaki itu menuding coklat di tangan Hali. 

"Enggak-"

Ice mendengus geli. " Sayang sekali.." 

"O-ya.. Walau kau tidak bisa menyatakan perasaanmu karena dia sudah ada yang punya, kenapa tidak kau serahkan sebagai coklat pertemanan saja?" Melanjutkan perkataan begitu tiba tiba terpikir sesuatu.

"Akkhh!!!"

Suara pekik juga muka syok Hali begitu menarik perhatian. Apalagi raut itu menuliskan 'aku nggak kepikirannn!!!'

"Aku benar kan? Jangan kira aku nggak tau beginian, haha.." Ice kembali mengejek. "Nggak kepikiran ya?.."

"A-aku keburu sedih-!" balas Hali tak mau kalah. Padahal memang benar.

Andai saja ia masih mau menggunakan logikanya-

Lelaki itu tertawa kembali. "Kecewa itu wajar, tapi jangan terlalu lama. Nanti kesempatanmu keburu hilang!" 

Entah kenapa Ice merasa ia berceloteh untuk dirinya sendiri. "Tapi, apa kau masih mau memberikan coklat itu padanya? Itu bekasku!" Menuding biskuit sekali lagi. Ia makin menyeringai senang karena tiba tiba kepikiran. 

Celotehannya tak juga berhenti hanya untuk membuat gadis itu kesal. "Biar dia makan bekasku!-"

Dan itu beneran membuat Hali sebal. Kalau bisa, ia ingin menjambak rambut orang ini-

Don't Notice Me!حيث تعيش القصص. اكتشف الآن