48

341 37 8
                                    

Hali membuka mata dengan perlahan. Walaupan netranya sempat tak mampu menghadapi cahaya terang di hadapan yang setelah ia sadari ialah lampu tengah. 

Diam sebentar sembari berketip beberapa kali. Mengumpulkan nyawa. 

Dia tertidur di ruang tengah. Tak biasanya.

Bangkit dari tidur yang tak begitu nyaman dan beralih duduk. Mengusap tengkuk leher yang lumayan pegal karena posisi bantal yang juga bertumpu dengan tepian sofa yang cukup tinggi untuk ditiduri. 

Menoleh kanan kiri. 

Rumahnya sepi dan sepertinya hari telah malam. Terlihat dari celah di balik gorden.

Sedikit meringis. Tenggorokannya terasa kering.

Tidur sebelum waktunya seperti ini selalu membawa perasaan aneh untuknya. 

Seolah ada yang tidak beres. 

Turun dari sofa. Gadis itu melangkahkan kaki menuju dapur. Semakin didekati, ternyata ia sadar ia tak benar benar sendirian dirumah. 

Seakan sadar dirinya datang, wanita yang semula sibuk berkutat di dapur, memotong beberapa sayuran, mulai melirik. "Kau sudah bangun?" Memulai pembicaraan tanpa sedikitpun berbalik. 

"Barusan.." Ucap Hali parau sembari menuju kulkas. Mencari air dingin. Membuka pintu dan ia dibuat merinding dengan hawa rendahnya.

"Bagaimana keadaanmu?"

Membawa botol air yang dingin ditangan. Sempat diam karena merasa aneh dengan pertanyaan ibunya. ".. aku baik. Kenapa?" Ia balik bertanya.

"Kau tak ingat?.."

"Ingat apa?" Hali makin tak mengerti. Pertanyaan itu seolah mengatakan bahwa ia melupakan sesuatu.

Wanita tengah baya itu malah berbalik. Tak lagi berfokus dengan rebusan yang dibuatnya, netra merah agak gelap itu memincing heran. "Bukannya kau habis pingsan?.." Ujarnya sembari berkacak pinggang. Tak habis pikir dengan 'jiplakan'nya itu. 

Anaknya memang bodoh. Turunannya siapa coba?

Hali terdiam ditempat layaknya orang linglung. Mencoba mengingat apa yang terjadi padanya sebelum ini. 

Dia ketemu Gempa di halte.

Bicara sebentar. 

Gempa salah paham. 

Ia mencoba meluruskan.

Lalu mencoba mengungkapkan perasaannya. 

Ia gugup.

Pipinya ditepuk Gempa. 

Kabur. 

Tangannya di tarik Gempa. 

Balik ketepian.

Dipeluk. 

Lalu pingsan.

Wajahnya seketika memadam dibuatnya. Ia teringat kembali.

Ia kira itu hanya bunga tidurnya semata.

Melepaskan botol di tangan kanan dan berhasil menghantam kaki telanjangnya. 

"ADUH!!" Spontan berjongkok dan memijit jemari kakinya. Menangis perih karena tepian botol itu malah mengatuk kuku kakinya. Untung saja botol air 1 liter itu tidak tumpah.  

"Kalau tak enak badan, jangan terus memaksakan dirimu.." Sang ibu berujar datar disana. Masih memandangi putrinya yang kesakitan. "Apalagi sampai harus merepotkan orang lain.."

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now