43

299 36 7
                                    

Satu tahun lalu..

Waktu telah memasuki tengah hari. Satu tempat tertutup bernama gelanggang olahraga terbesar di kota itu begitu ramai.

Penuh akan huru hara para manusia yang masih sibuk menikmati euforia pertandingan meski pertandingan babak pertama telah usai.

Dirinya berada disana.

Seorang anak sekolahan yang tengah melangkah kaki entah kemana, menjauh dari tempat menyesakkan itu.

Sepertinya ia terlalu sumpek dengan keadaan di dalam atau mungkin karena sedikit lapar.

Entahlah dia tidak terlalu ingat.

Yang ia ingat saat itu adalah..

.. Saat satu sisi lengannya ditabrak seorang yang ingin berlalu dengan buru buru..

.. Suara maaf yang terdengar menyebalkan..

.. Jersey hitam putih no 10..

.. Juga senyum lebar yang dia tunjukan saat bertemu dengan seorang yang lain..

Itulah kali pertama .. ia mengukir kesan pada orang itu.

_______________

"Jadi.. dia siapa?" Tanya Taufan penuh selidik sembari menyilangkan kedua lengan tangan di dada. Setelah memutar kursi kebelakangan agar leluasa menatapnya.

Meminta penjelasan kawannya yang telah berada dihadapan.

Merasakan hawa tak enak itu, Hali mengalihkan pandangan pada hal lain.

Seperti, menyadari bahwa dinding kelasnya berwarna putih.

Ada laba laba seukuran kuku kelingking merambat pelan.

Lucunya

"Hei! Aku sedang bicara padamu!!" Taufan menyadarkan Hali dengan menyeples pucuk kepalanya pelan. "Dia siapa? Kau tidak pernah bilang padaku!!" Bertanya dengan penasaran.

Hali mendecih dirasa ia tak bisa menghindar "Bukankah dia sudah memperkenalkan diri padamu? Apa lagi yang harus kujelaskan?" Sautnya lagi tak ingin membahasnya lebih lanjut.

"Kau tidak pernah dekat dengan lelaki sebelumnya. Hanya kelas dua ini! Kau dekat dengan 3 lelaki sekaligus!! Cakep semua lagi!?.."

Raut Hali menunjukkan bahwa ia keberatan dengan pendapat Taufan. Keningnya berkerut dengan netra memincing "Huh?.."

"Siapa dia?!" Taufan tak betah dibuat penasaran.

Sebelumnya, Taufan kemarin tak benar benar langsung pulang. Setelah beberapa saat melangkah, dirasa aman, dia bersembunyi di balik papan nama suatu toko yang cukup untuk menyembunyikan badannya agar dapat mengintip.

Meski tak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tapi Taufan bisa melihat gerak gerik dan ekspresi mereka.

Dari raut Hali, Taufan sempat menyimpulkan bahwa lelaki tersebut tidak ia harapkan kedatangannya. Wajahnya tertekuk.

Namun tak berlangsung lama.

Taufan berhasil dibuat mendelik dengan kedekatan mereka berdua. Terlihat bagaimana lelaki itu berbisik di telinganya.

Bagaimana raut antusias Hali setelah itu.

Hingga berboncengan menuju arah barat.

Hal yang berlalu cukup cepat itu berhasil membuat Taufan kehilangan kata kata. Hanya diam ditempat sembari berketip beberapa kali dan melongo.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now