30

345 46 8
                                    

"Aku suka sama Hali!"

Taufan yang mendengar itu langsung dari seseorang siswa yang sangat dikenalnya, seketika dibuat melongo. Meloloskan sari buah apel yang semulanya sempat masuk ke dalam mulut namun belum terteguk, mengalir beberapa saat di tepi bibirnya. Terlalu kaget akan apa yang didengarnya hingga beberapa bagian tubuhnya mengalami malfungsi selama sekian detik.

Mendapatkan kesadarannya kembali, Taufan segera meneguk minuman yang masih tersisa juga mengusap tepian bibir dengan punggung tangan. Menghalaunya cepat dan memosisikan diri, menghadap lawan bicaranya.

"Huh?!" Hanya itu yang bisa Taufan lontarkan. Masih mendelik syok. Dibarengi dengan mengeratnya genggaman pada kotak minuman di tangan.

Tak menyadari bahwa wajah lelaki itu mulai memerah. Merasa malu. "Kelihatannya gue.. suka sama kawan lu itu!.." Blaze seketika memalingkan pandangan dirasa panas tubuh merambat naik ke wajah. Memandang apapun dengan gugup.

Tapi tak berlangsung lama, Blaze balik memandang Taufan. "Lu.. bisa bantu gue nggak?"

Taufan merapatkan bibirnya kuat. Menghentikan kegiatan melongonya dan berganti berketip beberapa kali dengan tempo cepat.

Kepalanya seketika berfikir keras.

Mampuslah dia!!

Taufan tak menyangka bakal sampai seperti ini!

Dia memang sempat dengar dengar rumor tentang Blaze juga kawannya itu. Dan itu tak bisa dihindari karena mereka berada pada satu klub dan jabatan yang sama. Dan lagi, dua kapten ini sama sama menarik perhatian. Tak heran bila ada dua tiga rumor diantara mereka. Salah satu rumornya adalah bahwa Blaze menyukai Hali.

Dan ternyata rumor itu benar dan di konfirmasi langsung oleh kapten putra sendiri. Beberapa menit yang lalu di hadapannya.

Dan Hali-nya suka sama si ketos!

Hali sudah menyukai Gempa cukup lama. Kelihatan banget kalo Blaze nggak ada kesempatan. Gadis tipikal Hali juga tak akan mudah beralih ke lelaki lain secepat membalikkan telapak tangan.

"Woi!" Blaze menjentikkan jari dihadapan Taufan. Kembali memanggil dirasa hanya diam saja. Bergelagat aneh.

Kesadaran Taufan pun seketika kembali. "A-apa'an?!"

"Lu bisa bantuin gue?"

"Bantuin apa?.." Keringat dingin di pelipis, perlahan mengucur. Tak bisa berbohong, Taufan gugup bukan main. "Ngomong ngomong! Gimana lu bisa tiba tiba suka ama Hali?!"

"Gue emang sempet denger rumor tentang lu berdua. Tapi lu kok baru ngaku sekarang?" Tambah Taufan meminta penjelasan. "Bukannya lu sempat bareng sama anak kelas 2-f ya!"

"Tapi nggak pacaran"

"Emangnya bisa?.."

"Bisa dong!"

"Lu buat mainan ya?"

"Kagak. Dianya yang tarik ulur terus!"

"Karma seorang playboy!"

"Gue baru dua kali oi!"

Sekaligus mengalihkan pertanyaan karena ia tau jelas bila ia tak bisa membantu Blaze dalam bentuk apapun karena ia tentu saja berada di pihak Hali.

Ia agak kaget begitu Blaze mengajaknya untuk mengobrol di depan gedung serbaguna saat mereka tak sengaja bertemu di kantin waktu istirahat. Karena tak biasanya ia ngobrol empat mata begini. Biasanya keroyokan.

Lebih kaget lagi begitu tau apa yang jadi topik pembicaraan mereka kali ini!

Bibir lelaki itu mulai mengatup rapat, dirasa topik ini cukup membuatnya kembali salting. Maniknya beralih memandang apapun di bawahnya, dari paving batu yang dipijak hingga sepatunya.

Don't Notice Me!Where stories live. Discover now