Antares

3.8K 404 0
                                    


.
.
.
.
.
Seorang laki-laki menatap sendu pada sebuah potret yang terpajang didinding kamarnya, ditangannya terdapat selembar kertas yang sudah kusut karena remasan.

Laki-laki bersurai pirang itu melempar kertas digenggamannya, matanya berembun, dia tidak percaya akan apa yang tertera dikertas tersebut.

"Mama bener-bener kangen sama Ares ya?" laki-laki itu bergumam. Menatap potret cantik ibunya, dia merindukan wanita yang sudah melahirkannya itu. Wanita yang selalu mengkhawatirkannya setiap saat, menanyakan keadaannya setiap menelfon.

"Mama minta Ares pulang kesana kan, Ares bakal pulang kok ma."

Laki-laki itu, meraih kunci mobilnya, dia akan pergi kesuatu tempat, memenuhi keinginan sang ibu yang ingin melihat penampilannya seperti dulu.
.
.
.
.
.
Davendra Antares Sahasya

Laki-laki mungil dengan wajah dingin dan tertutup. Mahasiswa kesayangan dosen karena nilainya tidak pernah dibawah rata-rata, pangeran kampus dengan fans bejibun.

Banyak sekali perempuan atau laki-laki manis yang mendekati Ares, tapi semua harus mundur teratur karena Ares sama sekali tidak merespon. Ares tidak pernah mau menjalin hubungan serius, menurutnya itu terlalu mengekang.

Ares adalah anak yang keras, terbiasa hidup sendiri meskipun kenyataannya dia tinggal bersama sang ayah, membuat Ares menjadi anak yang cuek.
.
.
.
.
.
Ares memarkirkan mobilnya didepan sebuah salon, memantapkan hatinya sebelum memasuki salon itu.

"Selamat datang!" Ares tersenyum mendengar sapaan dari pegawai salon.

"Siang, mbk."

"Oh Ares, mau ganti warna rambut lagi?" Ares tersenyum, laki-laki itu mengangguk, itulah tujuannya datang kesini.

"Duduk sini." Ares langsung duduk dikursi yang ditujuk oleh pegawai salon itu.

"Mau ganti warna apa Res? Biru? Merah? atau apa?" Ares tersenyum.

"Coklat aja mbk." Pegawai itu mengedip, apa Ares gak salah pilih warna.

"Tumben?" Ares maklum, biasanya dia akan memilih warna biru, merah, bahkan orange untuk rambutnya.

"Mau pulang kerumah mama mbk." Pegawai itu tidak lagi bertanya, dia cukup tau untuk tidak lagi membahas hal privacy dengan pelanggan nya itu.

Ares terlalu sering mengganti warna sejak dia tinggal disurabaya, salon yang dia datangi ini pun adalah salon langganannya sejak sma. Ayahnya membebaskan Ares untuk melakukan apapun yang dia suka.

Enam Jam sudah, Ares tengah menatap warna rambut barunya dicermin, dia tersenyum tipis. Terakhir kali rambutnya berwarna coklat adalah saat dia masih sma, saat itu mamanya memuji rambutnya saat dia pulang ketempat mamanya.

Ares meninggalkan salon setelah membayar, kemungkinan itu adalah saat terakhir dia mengunjungi salon itu. Dia akan pulang kerumah ibunya, mungkin dia akan tinggal disana, seperti kemauan ibunya.

"Tunggu ya ma, sebentar lagi Ares pulang."
.
.
.
.
.
Ares masuk kerumahnya dengan wajah datar, hari sudah beranjak malam, laki-laki itu yakin ayah dan juga calon ibu tirinya pasti sudah ada dirumah.

Cklek

"Ah kamu udah pulang Res?" Ares menatap sekilas pada wanita yang akan menjadi ibunya itu. Wajahnya masih tetap datar, tanpa ekspresi apapun.

"Kamu mengganti warna rambutmu?" Wanita itu mendekati Ares, menyentuh rambut Ares pelan.

"Iya." Singkat, Ares memang tidak banyak bicara sejak beberapa bulan lalu.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang