Kembalinya ingatan lama

903 190 1
                                    


.
.
.
.
.
Drrt

Drrt

Drrt

Ares meraba meja kamar belakang saat mendengar getaran hpnya, matanya masih setengah terpejam karena memang dia baru saja tertidur pukul tiga pagi. Salahkan penyakitnya yang tiba-tiba datang menyapa saat Ares akan terlelap.

"Hm?" Ares menempelkan hp nya ke telinga, dan hanya bergumam, dia bahkan tidak melihat nama si penelpon.

"Bli masih tidur?"

"Udah bangun barusan." Ares bisa mendengar suara kekehan Igel disana.

"Bangun bli, sarapan terus minum obat, udah jam tujuh."

"Iya." Ares menjawab tapi matanya masih setia tertutup.

"Jangan tidur lagi bli, jangan sampe aku minta mas Alta buat minta tolong sepupunya nyamper bli kerumah ya."

"Aku masih disurabaya, mana bisa nyamper kerumah." Ares langsung membuka matanya saat mendengar teriakan Rion.

"BLI BOHONG!!!! SEMALEM WAKTU BLI ANGKAT TELPON KU BLI BILANG UDAH DI PARE!"

"Ya maaf, lupa Yon, apa lah pagi-pagi denger Rion teriak." Ares langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Habis bli ngeselin."

"Aku kan emang ngeselin, baru tau ya?" Ares tertawa kecil saat Rion berteriak kesal disana.

"Udah lah bli, jangan digoda nanti ngembek loh."

"Biar aja Rion ngambek, emang berani ngambek sama aku?" pada dasarnya Ares lagi jahil, jadi ya terus saja dia menggoda Rion.

"Berani, aku ngambek sama bli nanti!"

"Kalau ngambek, berarti nanti kalau balik ke pare tapi gak ketemu aku, gak boleh nangis ya." Ares memang mengucapkan itu dengan santai, tapi sayangnya Rion dan Igel langsung terdiam disana.

"Heh, malah diem, kalian gak kesambet kan?" Ares mengernyit bingung, dia akhirnya melangkah keluar dari kamar belakang dan akan menuju kamar mandi.

"Maksud bli apa ngomong gitu? jangan aneh-aneh, aku gak suka!"

"Aneh-aneh gimana?" Ares semakin bingung saat mendengar nada sendu dari ucapan Rion.

"Bli, gak boleh pergi, gak boleh kemana-mana atau aku nangis nih."

"Iya, iya, bentar aku cuci muka dulu." Ares meletakan hp nya di samping wastafel saat dirinya mencuci muka.

"Udah nih." Ares mengernyit saat hanya kesunyian yang dia dengar disana, Ares sampai mengecek layar hpnya, apa panggilannya masih terhubung atau gak.

"Gel, Yon?"

"Bli."

"Iya, kenapa?" Ares membuka bungkus roti yang dibelinya semalam, entah kenapa dia sedang tidak ingin makan nasi hari ini.

"Bli sarapan pake apa?"

"Roti, aku lagi males makan nasi." Ares tersenyum saat Igel menggerutu disana.

"Bli, kenapa kemaren bli gak jujur sama kita? kenapa cuma bilang ke Alden doang?"

"Maaf, kalau kalian tau pasti maksa ikut ke surabaya." Ares tersenyum sendu saat Igel menanyakan hasilnya, membuat dia harus mengingat apa yang dia baca kemarin.

"Hasilnya gimana? udah ada obatnya kan?'

"Bagus kok, sama kayak kemarin, udah dapet tenang aja, aku minta double ke mas Azka." Ares memejamkan matanya karena berbohong pada Igel. Apa yang dia katakan pada Igel adalah keinginannya semata.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang