Restu nenek!!

1.2K 211 5
                                    


.
.
.
.
.
Ares sedang menatap Alta yang duduk dibelakang meja kasir dengan intens, cukup membuat Alta salah tingkah sebenarnya.

Memang sejak Ares suka tidak datang ke cafe, Alta sering bergantian dengan Alden soal menjaga kasir. Ares sebenarnya ingin menambah pegawai tapi langsung ditolak keras oleh yang lain, mereka masih mampu katanya. Ya sudah, Ares mengalah.

"Ares kebiasaan ngeliatinnya kayak gitu." Ares mengerjap.

"Aku ngeliatinnya biasa aja loh Ta." Alta mengerucutkan bibirnya.

"Biasanya kamu itu bisa bikin hati ambyar Res."

"Hahaha bisa aja kamu Ta." Alta menatap Ares, sepertinya selama ini Ares hanya menganggap ucapannya sebagai guyonan, tapi tidak apa, artinya Alta harus berjuang.

"Kamu yakin mau pergi sama Alden doang? Gak mau ditemenin yang lain gitu?" Ares menggeleng. Dia akan mengantar Alden menjemput neneknya di bandara surabaya, memang cukup jauh, tapi dia tidak ingin mengajak yang lain, takut mereka kualahan dicafe.

"Gak Ta, sama Alden aja, cuma ke surabaya kok." Ares tersenyum lembut pada Alta.

"Hati-hati nanti pokoknya." Ares mengangguk. Interaksi Alta dan Ares tidak luput dari perhatian yang lain. Bahkan saat ini mereka saling berbisik.

"Mereka cocok kan?"
.
.
.
.
.
"Kamu udah bilang ke nenekmu kalau mau jemput dek?" Alden mengangguk saat Ares bertanya.

"Udah a', Alden teh udah bilang ke nenek semalem." Ares menatap bingung pada Alden yang tampak sedikit sedih.

"Terus kenapa kamu sedih gitu? Katanya seneng nenek mau dateng." Alden mengerucutkan bibirnya, dia menatap ke arah Ares yang sedang duduk dikursi tunggu bandara.

"Alden teh takut a'."

"Takut kenapa? Nenek marah karena kamu justru kerja bukannya kursus?" Alden menggeleng.

"Bukan itu atuh a', kalau itu teh nenek juga udah tau." Ares menghela nafas. Dia menarik Alden agar ikut duduk disebelahnya.

"Ya terus takut kenapa?"

"Hadar, apa nenek bakal suka sama Hadar ya a'?" Ares tersenyum pada Alden yang masih terlihat gelisah.

"Dek, Hadar itu anak baik, aku yakin nenek pasti suka sama Hadar, apa lagi dia udah bikin kamu bahagia." Ares menepuk pelan lengan Alden. Perkataan Ares sukses membuat Alden merasa sedikit tenang.

"Alden." Alden dan Ares mendongak saat mendengar suara seorang perempuan memanggil nama Alden. Alden tersenyum saat melihat sosok yang sedari tadi ditunggunya berdiri dihadapannya.

"Nenek."

Grep

Alden langsung berdiri dan memeluk neneknya, perlakuan Alden tentu saja membuahkan tawa ringan dari sosok yang dipeluknya. Ares pun hanya tersenyum melihat tingkah Alden yang menurutnya menggemaskan.

"Nenek sehat?" Alden menatap wajah neneknya dengan lekat.

"Nenek sehat." Sang nenek menangkup pipi Alden sebelum mengecupnya. Alden tersenyum senang, sudah lama dia tidak bertemu sang nenek, Alden merindukannya.

"Kamu Ares ya?" Alden langsung menoleh kebelakang saat sang nenek menegur Ares. Ares tersenyum, sebelum menyalami tangan nenek Alden dengan sopan.

"Iya saya Ares." Nenek Alden tersenyum, dia meraih tangan Ares dan menepuknya pelan.

"Terima kasih ya nak Ares, sudah jagain Alden disini." Ares hanya tersenyum canggung. Dia bingung harus bereaksi seperti apa.

"Sama-sama nek." Alden tersenyum melihat neneknya menggenggam erat tangan Ares, sejak Alden tiba di pare dan mengenal Ares, dia sering sekali menceritakan tentang Ares pada neneknya, dan itu membuat neneknya sangat ingin bertemu Ares.

Rumah BintangTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon