Keributan

1K 210 8
                                    


.
.
.
.
.
Sudah hampir dua minggu Ares tidak bisa menutup cafenya lebih awal karena cafe yang tidak pernah sepi. Ares merasa kasihan pada yang lain, karena semuanya terlihat lelah.

"Dek, sini gantian, kamu jagain kasir." Alden yang baru saja menghampiri meja kasir tampak terkejut mendengar ucapan Ares.

"Gak usah atuh a', aa' aja yang jaga kasir." Alden dengan cepat menolak usulan Ares, dia tau cafe sedang rame-ramenya dan dia tidak ingin membuat Ares kelelahan.

"Ayo lah dek." Alden tetap menggeleng.

"Ya udah, tapi aa' teh harus istirahat." raut wajah Ares langsung berubah mendung saat mendengar itu.

"Dek, aku ini cuma pingin ketoilet."
.
.
.
.
.
"Duh ya ampun kamu cantik banget, mau jadi pacar ku gak?" Alta menatap tidak suka pada pelanggan yang dengan seenak jidat menjawil dagunya. Ya Alta yang selama ini selalu ada didapur memang tidak pernah berurusan langsung dengan pelanggan, biasanya Igel yang akan keluar.

"Maaf ya mas, jangan kurang ajar." Alta menepis tangan pelanggan itu.

"KURANG AJAR, KAMU ITU CUMA PELAYAN CAFE SOK JUAL MAHAL LAGI!?!" suara teriakan pelanggan itu membuat semua yang ada dilantai satu cafe terkejut, bukan hanya pelanggan bahkan para pegawaipun terkejut.

"Maaf ada apa ini mas?" Rion yang sedang tidak mengantar pesanan pun, menghampiri Alta dan pelanggan itu.

"Oh datang lagi satu pegawai cantik, lihat nih temen mu ini sok jual mahal, padahal cuma pelayan cafe." Rion langsung memasang wajah tidak suka saat mendengar ucapan pelanggan itu.

"Maaf mas, ini cafe bukan club malam, kita jual makanan sama minuman bukan jual pegawai." pelanggan itu tersentak mendengar ucapan ketus Rion.

"Sialan, kalian pikir kalian itu barang bagus apa!?" Rion sama sekali tidak merespon pelanggan itu, dan justru menarik tangan Alta untuk pergi.

"Heh pelayan dengerin kalau orang bicara itu." suara tawa terdengar dari meja sekeliling pelanggan itu, ya tentu saja meja-meja itu diisi oleh teman-temannya. Alta sudah mengepalkan tangannya, dia tidak pernah dihina seperti ini.

Apa yang terjadi tidak luput dari perhatian Ares yang sudah memandang datar dari balik meja kasir, juga Hadar yang menatap dari samping tangga. Beruntung Leo dan Rius sedang ada dilantai dua, Alden juga sedang membantu Igel didapur.

Ares berdecih saat dia lihat pelanggan itu sudah mulai keterlaluan pada Alta juga Rion. Laki-laki mungil itu beranjak dari balik meja kasir, dan berjalan menghampiri Alta juga Rion, setelah sebelumnya dia menutup cafe.

"Kalau kalian kesini cuma buat keributan mending kalian pergi, cafe udah tutup." semua yang ada disana tersentak mendengar suara dingin Ares. Bahkan Alta dan Rion pun terkejut.

"Wah wah cafe ini pelayannya gak ada yang sopan sama pelanggan." pelanggan itu tersenyum remeh sambil menepuk pundak Ares.

"Gak usah bahas masalah kesopanan disini, kalian sendiri sopan gak?" sepertinya ucapan Ares menampar beberapa dari mereka.

"Kamu itu cantik, mungil lagi, gimana kalau kamu tidur sama saya aja, saya bayar mahal deh." salah seorang pelanggan memutari tubuh Ares dan menyentuh pundak Ares dari belakang.

BRAK

Semua terkejut dengan apa yang terjadi setelahnya, Alta dan Rion bahkan sudah menutup mulut mereka karena sempat memekik terkejut tadi. Bagaimana tidak terkejut, Ares yang dikata mungil itu tiba-tiba membanting tubuh pelanggan yang menyentuhnya.

"Saya tidak suka disentuh sembarangan." Rion dan Alta begidik ngeri melihat wajah Ares yang semakin datar.

"Kurang ajar, kami akan laporin kalian ke manager cafe, biar kalian semua dipecat!" pelanggan yang dibanting Ares itu menatap marah pada Ares.

"Silakan, lalu setelah itu saya akan laporkan kalian kepolisi karena membuat kekacauan ditempat usaha orang." pelanggan itu berdecih.

"Saya akan pastikan kalian dipecat, saya kenal pemilik cafe ini!" Alta dan Rion menatap pelanggan itu dan Ares bergantian, sedangkan yang ditatap hanya menampilkan wajah datar.

"Ares." Ares sedikit melirik kearah Alta dan Rion, dia benci saat melihat keduanya ketakutan.

"Hahaha kalian takut, kalau gitu cepat minta maaf." kini giliran Ares yang berdecih.

"Minta maaf untuk apa? Mending kalian semua keluar dari sini!" pelanggan itu menarik kerah kemeja Ares dengan tatapan marah.

"Aku akan benar-benar melaporkan kalian pada bos kalian, aku akan buat kalian dipecat!" Ares menyentak tangan pelanggan itu kasar.

"Aku tidak mengenalmu, bagaimana mungkin kamu mau bikin kita dipecat?" Ares kembali berucap.

"Dasar pegawai sialan."

"Lebih baik kalian keluar, sebelum aku laporin kalian kepolisi, aku punya bukti dari cctv yang ada." beberapa teman pelanggan itu mendongak dan benar saja mereka menemukan cctv di setiap sudut.

"Aku ingin berbicara dengan manager kalian!" pelanggan itu mendorong tubuh Ares, beruntung Rion ada dibelakang Ares.

"Lebih baik kalian semua pergi, kalian gak akan dapet pembelaan apapun dari manager kami." pelanggan itu beralih menatap Hadar yang berjalan mendekati mereka.

"Lo gak papa bang?" Hadar menatap Ares khawatir, Ares yang menyadari tatapan Hadar langsung menggeleng.

"Kalian semua gak akan dapet apa yang kalian mau, asal kalian tau, orang yang baru aja lo dorong ini adalah bos kami, owner cafe ini." ucapan Hadar sukses membuat pelanggan-pelanggan yang semula tertawa langsung terdiam.

"Masih ngarepin pembelaan? Gak mungkin, mending kalian pergi."

"Cih!" setelah mendengar ucapan Hadar, pelanggan itu mengajak semua temannya untuk pergi dari sana.

"Sialan banget cari gara-garanya." Ares tersenyum mendengar gerutuan Hadar.

"Makasih Dar."

Grep

"Bli gak papa kan?" Ares menepuk tangan Rion yang ada didepan dadanya.

"Gak papa Yon, udah sana beres-beres habis itu kita balik." Rion mengangguk, kemudian melepas pelukannya dari Ares.

"Kamu gak papa kan Ta?" Alta menggeleng, membuat Ares bernafas lega.

"Ayo balik habis ini."
.
.
.
.
.
Ares langsung masuk kedalam kamar begitu mereka sampai dirumah. Tidak ada seorang pun yang berani menegur laki-laki mungil itu, terutama Alta dan Rion yang melihat Ares membanting orang yang jauh lebih besar darinya.

"Bang Ares lagi badmood kayaknya." Rius berucap setelah melihat Ares menghilang dari pandangan mereka.

"Udah biarin dulu bli Ares, besok pasti udah balik lagi." semuang mengangguk, menyetujui ucapan Igel. Ares memang hanya akan diam saat badmood, kesal atau marah.

"Udah jam segini, langsung istirahat aja." mendengar ucapan Alta, yang lain langsung beranjak memasuki kamar masing-masing.

"Maaf ya Res."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now