Sirius tau?

1.2K 236 6
                                    


.
.
.
.
.
Ares tidak keluar kamar saat sarapan, sudah beberapa kali yang lain mengetuk pintu kamar pemuda itu, tapi tidak ada sahutan dari dalam sana, ditambah Ares sepertinya mengunci pintu kamarnya.

Igel sebenarnya ingin sekali membuka secara paksa pintu kamar Ares, dia memegang kunci duplikat untuk kamar Ares. Tapi tidak bisa dia lakukan sekarang, yang lain belum pergi kecafe.

"Kalian berangkat duluan aja." Alta yang sudah duduk dikursi kemudi mobil hanya mengangguk mendengar ucapan Igel.

"Terus kamu gimana Gel?" Igel tersenyum mendengar pertanyaan Rion.

"Aku nanti naik motor aja, kalau udah bangunin bli Ares."

"Ya udah, kita berangkat ya." Igel mengangguk.

Setelah memastikan mobil yang dibawa Alta menjauh dari rumah, Igel segera masuk kedalam, menuju kamarnya untuk mengambil kunci duplikat kamar Ares.

Igel membuka pintu kamar Ares perlahan, dia bisa melihat gundukan selimut diatas ranjang. Igel menggelengkan kepalanya, pantas saja tidak ada sahutan dari dalam kamar, ternyata pemilik kamar masih tidur. Igel berjalan mendekat, sedikit menyingkap selimut yang menutupi tubuh bli mungilnya itu.

"Bli, bangun, udah siang." Ares sedikit mengerang saat Igel menepuk lengannya pelan.

"Jam berapa?" Beruntung kali ini Ares hanya langsung terduduk, hingga tidak terlalu merasakan pening.

"Jam 9 bli, jangan kebiasaan langsung bangun gitu, pusing kan." Ares menatap Igel lekat.

"Kamu itu dominan atau submisive sih, bawel banget." Ares mengacak rambut Igel sebelum bangkit dan pergi kekamar mandi.

"Bli, aku tunggu dibawah, bli harus sarapan." Igel hanya mendengar gumaman dari dalam kamar mandi.

"Jangan lama-lama bli, nanti kamu jadi mermaid."
.
.
.
.
.
Ares menggeleng melihat Igel membersihkan dapur, adik mungilnya itu tampak seperti ibu rumah tangga, jika saja Ares tidak ingat bahwa Igel adalah dominan untuk Rion.

"Gel, gak usah kecafe ya." Igel langsung berbalik, saat mendengar suara Ares.

"Kenapa bli?" Ares menggeleng, dia mengambil piring berisi sarapannya dari meja dapur.

"Badan ku kayaknya lagi gak enak, kamu temenin aja disini ya." Tanpa pikir panjang Igel mengangguk, dia nanti bisa memberi alasan jika Ares demam.

"Iya, sana bli makan dulu, habis makan langsung minum obat." Ares mengangguk, dia segera membawa piringnya kekamar belakang.

"Habisin bli, awas kalau sampe gak!" Igel berteriak setelah Ares menghilang dari dapur, sebelum menyusul Ares kekamar belakang.

"Igel mau bunuh aku ya, ini banyak banget!" Ares balas berteriak begitu melihat porsi makan dipiringnya bertambah banyak.

"Itu porsi normal bli." Ares menatap tajam Igel yang baru saja masuk kekamar belakang.

"Gak normal buat aku Gel." Igel sebenarnya ingin sekali tertawa, tapi takut digeplak sama Ares.

"Ya udah makan sebisanya aja bli, lagian kenapa porsi makan bli dikit banget sih?" Ares hanya mengedikan bahunya dan mulai memakan sarapannya.

"Bli, kemarin bli kok biasa aja waktu tau Hadar sama Alden pacaran?" Ares meletakan piringnya di meja, masih ada banyak makanan disana.

"Terus aku harus ngapain kalau mereka pacaran? ngamuk? kan yang punya rasa mereka." Igel mengangguk mengerti.

"Heran aja, kan bli sayang banget sama Alden." Ares tersenyum.

Rumah BintangWhere stories live. Discover now