Bunganya mekar?

1.2K 234 0
                                    


.
.
.
.
.
Rion menatap Leo yang tampak lengket dengan Rius, sudah beberapa minggu ini Rion perhatikan, Leo selalu saja ada disekitar Rius dan anehnya pemuda itu tampak tidak terganggu dengan segala tingkah dan kejulidan Leo.

"Ngeliat apa sih?" Rion tersentak saat mendengar suara Ares disebelahnya.

"Bli Ares, ngagetin aja." Ares hanya tersenyum merespon Rion

"Salah sendiri, dipanggil dari tadi gak nyaut." Rion menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Lagi asik liatin mereka tuh bli." Ares mengikuti pandangan Rion, dia tersenyum saat melihat Rius sedang cemberut karena di goda Leo.

"Oh Rius sama Leo?" Rion mengangguk, dia kemudian menatap Ares.

"Aneh gak sih bli? biasanya mereka berdua kan nempel nya ke bli?" Ares terkekeh pelan, sebelum kembali memusatkan fokusnya pada Leo dan Rius.

"Gak aneh sih, yang satu lagi coba buat suka, yang satu udah bucin, apanya yang aneh." Rion mengangguk-angguk kecil sebelum akhirnya dia menatap Ares.

"Tapi Leo kan sukanya sama.." Rion bergumam lirih, tapi sayangnya Ares masih bisa mendengarkan.

"Sama aku kan?" Rion terkejut saat mengetahui fakta bahwa Ares tahu hal itu.

"Bli tau?" Ares menepuk pundak Rion.

"Tentu aja tau Yon, aku gak sepolos itu." Ares memutuskan untuk meninggalkan Rion didepan sendirian.

"Dek, gantiin aku didepan dong." Alden mengangguk saat melihat Ares memasuki dapur. Alden segera keluar setelahnya.

"Temben bli mau ngajak gantian, biasanya harus disuruh dulu." Igel menatap lekat pada Ares yang justru mendudukan dirinya didapur.

"Aku lagi males Gel, gak tau kenapa." Ares mencomot buah semangka yang baru saja dipotong oleh Alta.

"Heh, ambil piring sana, jangan asal comot aja." Ares tersenyum polos menatap Alta yang menegurnya.

"Tolong ambilin dong Ta." Alta menggelengkan kepalanya tapi tangannya meraih sebuah piring kecil dan mengisinya dengan semangka sebelum menyerahkannya pada Ares.

"Makasih cantik."

Blush

Wajah Alta langsung memerah mendengar Ares memanggilnya cantik, apa Ares tidak tau jika sedari tadi Alta sedang menahan agar jantungnya tidak berdebar terlalu keras.

"A-aku cowok Res, mana ada cantik!" Ares tersenyum sedangkan Igel sudah tertawa.

"Ada itu kamu, cowok tapi cantik." Kadang Igel meruntuki mulut licin Ares saat sedang menggoda seseorang. Lihat saja wajah Alta jadi semakin merah karena ucapan Ares.

"Bli, jangan godain mas Alta terus, lihat mukanya udah mirip apel." Ares tertawa mendengar ucapan Igel, sedangman Alta sudah cemberut.

"Igelllll!"
.
.
.
.
.
Hadar menatap tajam pada Leo dan Rius. Jika tadi Rion menatap mereka dengan tatapan aneh, maka berbeda dengan Hadar. Laki-laki tinggi itu jelas tau jika Leo menyukai Ares, tapi melihat Leo mendekati adik kecilnya membuat dia tidak suka, bagaimana jika Leo hanya akan menyakiti Rius. Hadar hanya tidak tau bahwa Rius menyukai Leo.

"Hadar teh lagi apa?" Hadar menoleh, menemukan kekasih manisnya baru saja keluar dari dapur. Hadar menggeleng.

"Gak, cuma mau kedepan tadi." Hadar tersenyum saat melihat Alden juga tersenyum.

"Kirain teh kamu lagi ngapain diem disini." Hadar mengacak rambut Alden pelan, kenapa hari ini Alden terlihat menggemaskan.

"Ada untungnya diem disini, bisa ketemu kamu." Alden memukul pelan pundak Hadar, dia lansung meninggalkan Hadar dengan wajah memerah.

Rumah BintangWo Geschichten leben. Entdecke jetzt